Cho Kyuhyun

Cho Kyuhyun

Minggu, 24 Juni 2012

The One I Love.. (Part XIII)


The One I Love.. (Part XIII)
3
Mar

Author’s POV

Donghae dan Lee Hyukjae sedang dalam perjalanan pulang dari Seoul ke pulau Jeju dengan kapal motor. Mereka baru pindah ke pulau Jeju. Rencananya akan membangun sebuah usaha disana. Donghae dan Eunhyuk adalah sahabat dekat sejak dulu.

“Hyukkie, apa kau mempunyai sesuatu untuk diminum? Tenggorokanku kering sekali..” keluh Donghae.

“Ya! Jika kau ingin minum, mudah saja, lihat di sekelilingmu air semua! Tinggal kau minum saja! Hahaha..” canda Eunhyuk.

“Aisssh kau ini..”

“Hae, lihat ada seorang gadis melompat!” Tunjuk Eunhyuk tiba-tiba mendapati apa yang dilihatnya. Mata namja itu membulat seketika.

“Mwo?” Donghae ikutan melihat ke arah yang Eunhyuk tunjuk. “Hyukkie, cepat kau pacu kapal ini ke arah gadis itu! Ppali!!” suruh Donghae.

Namja bernama Lee Hyukjae itu langsung mengarahkan kapal mereka ke arah gadis itu.

JBURR!!

Tanpa pikir panjang Donghae membuka t-shirtnya lalu terjun ke laut yang dalam itu. Ia berusaha menyelamatkan gadis itu.

“YA~! LEE DONGHAE! APA KAU GILA! YA~!” teriak temannya itu. Namun Donghae tak menghiraukannya, ia terus berenang ke arah gadis itu. Sementara Eunhyuk hanya bisa menatap Donghae dengan cemas, mengingat laut itu sangat dalam dan juga ombaknya sedang besar, cukup berbahaya jika orang berenang disana.

Setelah beberapa menit, Donghae akhirnya berhasil menangkap tubuh gadis itu, ia berenang ke kapal dan Eunhyuk membantu Donghae menaikkan tubuh gadis itu ke kapal.

“Hae, apa kau gila? Kau ingin mati?” kata Eunhyuk.

“Ani, sudah kewajiban kita menyelamatkannya..” kata Donghae dengan nafasnya yang tersengal. Ia beralih menoleh ke gadis yang ia bawa. “Seohyun?” Donghae terkejut melihat gadis yang ia tolong adalah orang yang dikenalnya.

“Mwo? Kau kenal gadis ini?”

Donghae tak menjawab pertanyaan Eunhyuk. Dia berfokus pada Seohyun yang tak sadarkan diri, ia mengecek denyut jantung Seohyun, ternyata masih ada.

“Hyukkie, cepat kau arahkan kapal ini merapat kembali ke pulau Jeju.” Kata Donghae.

“Baik..”

-O-

Kyuhyun’s POV

Seohyun menghilang? Astaga, apalagi ini?

Kupacu mobilku, kucari Seohyun kemana mana. Namun sudah seharian aku mencarinya, aku tak menemukannya. Sekarang sudah jam sembilan malam, namun aku masih belum menemukannya. Oh Tuhan, apa mungkin dia menghilang gara gara aku?

Bwara mr. simple simple.. Ponselku bunyi.

“Yoboseyo..”

“Hyung, apa kau punya waktu?”

“Sebenarnya aku sedang bingung, ada apa?”

“Tadinya aku ingin mengajakmu ke rumahku. Ngomong ngomong ada apa hyung? Sepertinya kau sedang ada masalah?”

“Ne, Jonghyun-ah, aku memang sedang dalam masalah. Baiklah aku akan ke rumahmu sekarang, aku sedang penat.”

“Baiklah, kutunggu kau dirumah, hyung..”

Click.. sambungan terputus..

Kupacu mobilku ke rumah Jonghyun.

-O-

Author’s POV

Kyuhyun kini berada di rumah Jonghyun. Wajahnya terlihat sangat suntuk.

“Jadi apa masalahmu hyung?” tanya Jonghyun. Kyuhyun menghela nafas.

“Tunanganku hilang..” jawab Kyuhyun lesu.

“Mwo? Seohyun?”

“Ne..”

“Tapi mengapa? Mengapa dia bisa menghilang begitu? Setahuku Seohyun bukan gadis seperti itu.”

“Entahlah, mungkin semua ini salahku..” senyum pahit Kyuhyun terkembang di bibirnya.

“Aissh.. wae? Bukankah kau sangat mencintainya?” Jonghyun makin heran.

“Sebelumnya aku dan Seohyun bertengkar. Aku kesal padanya, dia tak mempercayaiku. Dia menyuruh orang untuk menguntitku kemana aku pergi dan memotretnya. Lalu aku bilang aku ingin menunda pernikahan kami..” kenang Kyuhyun.

“Mwo?” Jonghyun menatap hyungnya itu dengan heran. “Ya~! Hyung! Bisa bisanya kau seperti itu, yeoja seperti Seohyun itu sulit didapat. Dan juga mengapa kau begitu mempermasalahkan hal ini? Bukankah dia begitu karena dia sangat mencintaimu?”

“Aku tahu, tapi menurutku kepercayaan adalah akar dari sebuah hubungan. Aku benci diperlakukan seperti itu. Dan juga..” Kyuhyun tak meneruskan kalimatnya.

“Apa ada yeoja lain dihatimu hyung?” selidik Jonghyun.

“Entahlah, apa ada yeoja lain dihatiku atau tidak, yang jelas aku bingung dengan perasaanku sendiri.. Aku merasa aku mencintai Seohyun seperti biasanya, namun entah mengapa rasa itu menjadi hambar setelah melihat ia begitu posesif padaku.. Dan yeoja itu, sepertinya aku pun telah melukainya..”

“Aigoo.. hyung, kau jangan mempermainkan perasaan wanita..”

“Aku juga tak ingin, tapi aku juga tak mengerti mengapa semua seperti ini.” Kyuhyun menghela nafas. “Sekarang Seohyun hilang, aku merasa sangat bersalah padanya. Kuharap tak terjadi apa-apa dan kuharap ia tak melakukan hal bodoh..”

“Ya, semoga saja begitu..”

Tanpa sepengetahuan Kyuhyun dan Jonghyun, Yoona ternyata mendengarkan percakapan mereka di balik dinding. Gadis itu tercekat dan menutup mulutnya rapat-rapat mendengar bahwa Seohyun hilang..

-O-

Donghae’s POV

Aku sekarang berada di klinik milik adik Hyukkie di pulau Jeju. Kubawa Seohyun yang tak sadarkan diri itu. Kami bingung harus membawa Seohyun kemana, jadi kami putuskan untuk membawa Seohyun kesini. Sekarang aku telah duduk di kursi di sebelah ranjang Seohyun. Gadis itu belum membuka matanya. Jujur saja aku sangat khawatir, suhu tubuhnya dingin. Adik Eunhyuk bilang Seohyun bisa diselamatkan, untung aku cepat menyelamatkannya, kalai tidak, mungkin ia akan hilang nyawa betulan.

“Ayolah Seohyun, kumohon buka matamu..” gumamku sambil menatap Seohyun.

“Hae, dia masih belum sadar juga?” Eunhyuk masuk dan berjalan ke arahku. Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan.

“Aigoo, bersabarlah Hae-ya, mungkin sebentar lagi ia akan sadar..”

“Ne, semoga saja begitu..” kutatap lagi Seohyun dengan cemas.

Gadis ini, malang sekali..

“Hae-ya, sebenarnya siapa gadis ini?” tanya Eunhyuk padaku. Aku menghela nafas.

“Namanya adalah Seohyun. Aku mengenalnya beberapa waktu lalu saat aku melakukan pemotretan untuk model wedding dress..” jelasku.

“Oh begitu. Gadis ini nekat sekali. Sepertinya ia sangat putus asa.”

“Entahlah, aku juga tak menyangka dia bisa nekat seperti ini..”

“Kasihan sekali. Pasti ada masalah besar yang menyebabkannya seperti ini..”

“Ya, pasti ada alasannya dia begini..”

“Ya sudah, kalau begitu aku akan menggantikanmu menjaga gadis ini.. Hae, sebaiknya kita istirahat, biar aku yang menjaganya..”

“Ania, tak usah, aku masih ingin disini sampai ia siuman, jika kau ingin istirahat, istirahat sajalah..”

“Tapi Hae, kau pasti lelah. Dari tadi kau hanya memperhatikan gadis ini tanpa memperhatikan dirimu sendiri.”

“Tidak Hyuk, aku ingin disini..”

“Aigoo, sepertinya gadis ini penting sekali bagimu. Ya sudah baiklah, aku tak akan memaksamu. Kalau begitu aku kembali ke apartemen dulu, banyak yang harus ku urus..”

“Ne, hati hati..” kataku.

Kupandangi lagi Seohyun yang masih memejamkan matanya. Ia terlihat sangat lemah dan tak berdaya. Apa sebenarnya yang membuatnya seperti ini? Kuharap jika ia siuman nanti, ia akan mengurungkan niatnya untuk bunuh diri lagi.

-O-

Yoona’s POV

Seohyun hilang?

Bagaimana jika ia hilang karena melihatku dengan Kyuhyun waktu itu? Apa mungkin ia menyangka aku menggoda Kyuhyun? Aku bisa gila! Padahal ia begitu baik padaku, mengapa aku malah seperti ini padanya? Aisshh pabo!  

Pikiran itu selalu menghantuiku. Aku tak bisa tidur, dari tadi aku hanya mengubah-ubah posisi mencoba memejamkan mata, namun mataku ini tak mau terlelap juga.

“Aissshh..” gerutuku.

Aku kemudian turun dari ranjang dan beranjak pergi. Daripada aku tak bisa tidur, kuputuskan untuk keluar dari kamar. Kubuka pintu, dan aku berdiri di balkon menatap sekeliling. Dinginnya angin menembus piyamaku tak membuatku urung untuk menikmati suasana malam. Kuhela nafasku dalam-dalam.

Oppa, andai kau masih ada..

Lagi lagi pikiranku melayang jauh. Aku begitu merindukannya, namjachinguku yang paling kucintai, Kim Kibum. Ia tetap tak akan terganti meski Kyuhyun orangnya. Sejauh ini aku belum bisa merelakan kepergiannya. Sungguh aku ingin sekali mengulang waktu dan menghentikannya saja disaat aku masih bersama Kibum oppa. Mengapa takdir berkata lain?

“Kau bisa sakit jika berdiri hanya menggunakan piyama disitu..” terdengar suara Jonghyun mengagetkanku. Kurasakan Jonghyun memakaikan mantelnya di pundakku.

“Gomawo Jonghyun-ssi..” kataku.

“Sedang apa malam malam begini?” Jonghyun kemudian berdiri di sebelahku.

“Aku tak bisa tidur..” jawabku.

“Ada sesuatu yang kau pikirkan?”

Aku menghela nafas..

“Ya, begitulah kira kira.” Kataku.

“Kau tak ingin menceritakannya padaku?”

“Ini sangat rumit. Jika ingin cerita, entah aku harus mulai darimana..” kataku. Jonghyun hanya mengangguk angguk.

“Jonghyun-ssi, apa kau pernah merasa kehilangan yang sangat besar dalam hidupmu?” perkataan itu terlontar begitu saja dari mulutku. Jonghyun menatapku dan berpikir sebentar.

“Pernah. Saat aku kehilangan orang yang kucintai, ayahku..” kenangnya. Aku menatapnya lekat lekat.

“Bagaimana rasanya?”

“Sedih, kesepian, sakit, entahlah, yang jelas seperti itu..” jelasnya. “Apa kau sedang merasakannya?” tanyanya.

“Mungkin benar aku sedang merasakannya. Sejujurnya perasaan itu sudah pudar, namun keadaan dari luarlah yang membuatku teringat lagi. Andai saja ada yang mengerti, seseorang yang mengerti keadaanku.”

Jonghyun menatapku lekat-lekat.

“Kau membutuhkan sandaran dan orang yang mengobati lukamu..” katanya.

“Kalau seseorang yang kau cintai, semacam perasaan terhadap yeoja? Apa kau tak pernah merasakan kehilangan yeoja yang kau cintai?”

“Ani, aku belum pernah berpacaran..” jawabnya.

Eh? Jonghyun belum pernah berpacaran sebelumnya? Benarkah itu? Apa dia berbohong?

“Wae?” ia tersenyum menatapku.

“Jinja? Kau belum pernah berpacaran?”

“Hmm..” ia menganggukkan kepalanya.

“Pasti kau bohong.. Mana mungkin namja sepertimu belum pernah..” kataku.

“Jeongmalyo, aku belum pernah berpacaran. Pasti sebelumnya kau berpikir aku pernah, atau bahkan mungkin mengira aku playboy, eo? Sejujurnya aku ingin sekali berpacaran..”

“Ne, tentu saja, wajah sepertimu mana mungkin tidak pernah.. Kau begitu ingin memiliki kekasih?”

“Ne, sejujurnya saat ini aku sangat ingin memiliki seorang kekasih.. Aigoo, wajahku yang tampan memang membuat orang salah paham.. hahaha..” tawa Jonghyun.

“Aisshh.. tapi kau benar, kau memang tampan dan keren. Haha..”

Ups, aku keceplosan.. Im Yoona, apa yang kau biacarakan?

“Mwo?” tawa Jonghyun terhenti seketika.

“Ah ani, hahaha..” aku mendadak gugup. Jonghyun menatapku lekat-lekat.

Semoga dia tak mendegar perkataanku tadi..

“Yoona-ssi, tadi kau bilang aku tampan dan keren kan?” selidiknya.

“Ne, tadi aku tak sengaja bicara seperti itu..”

“Kalau begitu, maukah kau menjadi pacarku?”

“Eh?”

-O-

Author’s POV

“Kalau begitu, maukah kau menjadi pacarku?” kata Jonghyun pada Yoona. Ia menatap gadis itu lekat lekat.

“Eh?” Yoona hanya terdiam mendengarnya.

Jonghyun memintaku jadi pacarnya? Apa aku tak salah dengar?

“Bukankah jika ada namja tampan yang keren, biasanya yeoja mudah untuk jatuh cinta dan menjadikannya kekasih bukan?” kata Jonghyun tersenyum pada Yoona.

“Lupakan saja, aku hanya bercanda..” Jonghyun memegang kedua pundak Yoona. “Ayo tidur, hari sudah malam..” kata Jonghyun memegang tangan Yoona dan mengajaknya masuk.

“Tunggu..” kata Yoona.

“Tidak ada salahnya jika semua itu dicoba kan?” kata Yoona. Jonghyun sontak berbalik dan menoleh pada Yoona.

“Mwo?”

“Tidak ada salahnya jika semua dicoba. Aku.. aku ingin mencoba menjalani hari sebagai kekasihmu..” kata Yoona menengadahkan wajahnya pada Jonghyun dengan ekspresi yang tidak main main.

“Kau yakin?” Jonghyun kini menatap Yoona tak kalah seriusnya.

“Ne, aku yakin..” Yoona menganggukkan kepalanya. Terlihat di matanya ada kesungguhan.

“Baiklah, kalau begitu mulai sekarang kau adalah kekasihku..” kata Jonghyun. Kini senyum terkembang di bibir keduanya. Jonghyun mendekat dan memeluk Yoona dengan erat.

“Gomawo Yoona-ya.. Kau adalah yang pertama bagiku..” Jonghyun mengecup puncak kepala Yoona.

“Cheonma Jonghyun-ah..”

Semoga dengan begini aku dapat melupakan Kyuhyun dan membiarkannya bersama Seohyun..batin Yoona.

“Baiklah chagi, sekarang kau istirahat ya, aku tak ingin kau kurang tidur..”

“Ne, kau juga yeobo..” kataku.

Jonghyun lalu mengacak rambutku dan tersenyum. Aku kemudian pergi menuju kamarku, tak lupa kusunggingkan senyumku yang paling manis untuknya. Ada kehangatan yang kurasa sekarang..

-O-

Jonghyun’s POV

Aku dan Yoona berpacaran! Ini hebat!

Aku jingkrak jingkrak sendiri saat kututup pintu kamarku dan mengingat yang baru saja terjadi. Sejujurnya sejak awal melihatnya, aku sudah menaruh hati padanya. Yoona adalah gadis yang baik, sejauh ini aku suka dengannya yang sederhana. Ya bisa kalian bayangkan pergaulan di duniaku seperti apa. Banyak sekali gadis gadis yang menggodaku, namun aku tak mau karena mereka hanya cantik diluarnya saja. Bahkan mereka terkadang bisa memacari namja hanya untuk mencari popularitas dan harta. Menyebalkan..

Yoona berbeda, ia terlihat bersahaja. Dan melihat latar belakang keluarganya, aku sungguh kasihan padanya. Yeojaku yang malang.. dia membutuhkan kasih sayang dan perhatian, sementara di dunia ini ia hanya hidup sebatang kara. Mulai sekarang aku akan menjaganya dengan baik..

Sekarang lebih baik aku tidur. Aku jadi tak sabar menunggu hari esok dan melihat apa yang akan terjadi antara aku dan Yoona..

-O-

Author’s POV

Perlahan Seohyun membuka kedua matanya. Dilihatnya sekeliling, dia tak mengenali tempat itu. Sementara Lee Donghae, namja yang setia menungguinya tertidur di sisi ranjangnya. Samar samar ia melihat Donghae yang tertidur. Seohyun memegang kepalanya yang berat.

Dimana aku? Mengapa aku belum mati?

Beberapa saat kemudian Donghae mengerang tak nyaman lalu bangun..

“Seohyun-ssi, kau sudah siuman?” seru Donghae melihat Seohyun yang sudah bangun itu.

“Dimana aku?” tanya Seohyun.

“Kau tenanglah, sekarang kau ada di klinik milik temanku di pulau Jeju..” kata Donghae.

“Pulau Jeju? Siapa yang membawaku kesini? Kau?” Seohyun menatap Donghae dengan tajam.

“Ne, aku yang membawamu kesini..” raut wajah Donghae seketika berubah melihat perlakuan Seohyun padanya.

“Mengapa kau tak membiarkanku mati saja? Mengapa kau harus membawaku kesini?” bentak Seohyun. Mata Seohyun berkaca kaca, dan perlahan air matanya kembali membasahi pipinya. Ia kembali teringat akan semua yang telah dialaminya.

“Tenanglah Seohyun-ssi, jangan berkata seperti itu, tenang..” kata Donghae.

“Aku ingin mati! Aku ingin mati! Mengapa kau mencegah kemauanku? Mengapa?” tangis Seohyun pecah.

“Tenang Seohyun-ssi, kondisimu masih belum baik, jangan begini..”

Seohyun kembali nekat, ia mencoba mencekik lehernya sendiri.. Donghae lalu bangkit dan mencoba mencegah usaha Seohyun.

“Seohyun-ssi, apa yang kau lakukan? Seohyun-ssi, andwaeyo! Kau jangan gila!” Donghae mencoba menahan tangan Seohyun. Namun Seohyun tak mau mendengar.

“Hae, apa yang terjadi? Nona, kau jangan seperti itu..” Eunhyuk yang datang pun langsung panik, menghampiri mereka dan membantu Donghae mencegah perbuatan Seohyun.

“Hyuk, panggilkan adikmu Tiffany, ppali!” kata Donghae.

“Seohyun-ssi, jebal..” pinta Donghae.

Eunhyuk lalu memanggil adiknya, Tiffany yang merupakan dokter di klinik itu. Karena Seohyun tak mau berhenti nekat, akhirnya Tiffany memberinya obat penenang.

“Tiffany-ssi, bagaimana? Apa dia akan baik baik saja?” kata Donghae setelah Tiffany menyuntikkan obat penenang dan Seohyun terlelap.

“Kondisinya sangat mengenaskan. Sepertinya kondisi psikisnya terganggu. Dari situasinya, ia sepertinya mempunyai beban yang sangat besar..” jelas Tiffany.

“Kasihan dia..” kata Eunhyuk. Donghae menatapi Seohyun dengan prihatin.

“Lalu apa yang bisa kita perbuat untuknya?” tanya Donghae.

“Dia harus diberikan ketenangan dan kenyamanan agar psikisnya yang terguncang mereda..”

“Aku mengerti..” kata Donghae. “Gomawo, Tiffany-ssi..” lanjut Donghae.

“Cheonma oppa..”

-O-

Jonghyun’s POV

“Pagi chagi..” sapaku pada Yoona yang sedang menuangkan kopi.

“Pagi oppa..” katanya. Ia tersenyum ke arahku.

“Hmm.. oppa?” aku mengernyitkan kening.

“Ne, aku memanggilmu oppa. Wae?”

“Ania, aku hanya merasa senang saja kau memanggilku seperti itu..” kataku.

“Kau menyukainya?” tanyanya.

“Ne, tentu saja..” aku menyambar gelas kopi di tangannya lalu meminumnya.

“Kopi yang nikmat..” kataku setelah meneguknya.

“Begitukah? Syukurlah..” katanya.

“Chagi, kau memang pandai membuat namja jatuh hati padamu. Kau jangan terlalu baik pada namja lain, nanti mereka salah paham padamu..”

“Aigoo~ uri chagi mulai posesif, eo?” ia tertawa kecil melihatku. “Baiklah, aku tidak akan bersikap terlalu baik pada namja lain, aku janji..” katanya.

“Baiklah kalau begitu aku ke kantor dulu. Ada meeting dengan sponsor kita. Kau baik baik ya disini..” kataku.

“Mwo? Kau tidak sarapan dulu?”

“Tidak chagi, kurasa aku sudah tak punya waktu untuk itu. Aku berangkat..” aku berjalan meninggalkan Yoona.

“Tunggu oppa..” katanya. Ia kemudian berjalan kearahku dan menyodorkan sebuah kotak bento padaku.

“Apa ini?” kataku melihatnya.

“Bekal makan siangmu. Aku takut kau sangat sibuk, makanya membuatkannya agar kau tak lupa makan. Dimakan ya..” katanya dengan pipinya yang memerah tersenyum malu-malu..

Omonaa, cantik sekali dia jika sudah begini. Dia juga sangat perhatian padaku. Sepertinya tak salah aku memintanya menjadi pacarku.

“Gomawo chagiya..” aku mengambil kotak bento itu lalu mengecup pipinya singkat. Dia menatapku, wajah Yoona terlihat makin memerah dan tersenyum padaku. Astaga dia benar benar menyukaiku ternyata? Aku membalas senyumnya sebelum akhirnya aku keluar menghampiri mobilku.

“Cepat pulang, hati-hati..” teriak Yoona sambil melambai di teras rumahku saat aku mulai menjalankan mobilku. Aku membalasnya dengan senyuman dan anggukkan kepalaku. Aku sangat bahagia..

-O-

Donghae’s POV

Seohyun akhirnya membuka matanya setelah disuntik obat penenang tadi. Baru sebentar ia membuka mata, matanya sudah kembali penuh dengan air mata yang siap jatuh membasahi pipinya. Gadis ini benar benar mengenaskan. Ia mendudukkan badannya.

“Seohyun-ssi..”

“Biarkan aku sendiri..” katanya dingin.

“Sebenarnya ada apa?”

Seohyun hanya diam.

“Seohyun-ssi, jangan biarkan dirimu menderita seperti ini.. Kumohon..” Aku menariknya ke pelukanku. Yeoja itu hanya diam, air matanya mengalir dengan deras.

“Menangislah..” bisikku.

Kami berdua berpelukan cukup lama. Suasana menjadi hening..

“Mianhae Donghae-ssi..” gumamnya setelah sekian lama menangis di pelukanku.

“Gwenchana Seohyun-ssi..” kutepuk-tepuk pundak Seohyun. Ia menarik diri dari pelukanku.

“Sudah jangan menangis lagi.” Kuhapus sisa sisa air matanya dengan kedua tanganku. “Jika ada sesuatu, katakanlah padaku, aku siap mendengarkanmu..” lanjutku. Seohyun menatapku pilu.

“Kau tahu sendiri kan masalahnya..” katanya lirih.

“Namjachingumu? Wae?”

“Seperti yang kau ketahui, gadis itu..”

“Oh dia?”

“Ne..”

Kuhela nafasku panjang..

“Seohyun-ssi, untuk apa kau mengorbankan hidupmu karena mereka? Bukankah itu malah membuat mereka merasa menang?” kataku.

“Ya, kau benar juga..”

“Oleh karena itu, lebih baik kau kembali ke kehidupan normalmu, jalani seperti biasa. Jangan seperti ini Seohyun-ssi, jangan sia-siakan hidupmu. Baiklah, setelah kau sembuh benar, aku akan mengantarmu kembali ke Seoul, eo? Sekarang kau makan dulu, dari kemarin kau belum makan..” Seohyun terdiam. Sementara aku beralih mengambil semangkuk bubur yang kusiapkan.

“Nah ayo buka mulutmu..” kataku menyuapkan bubur.

“Ani, andwae Donghae-ssi..” katanya tiba-tiba.

“Aissh kau harus makan..” kataku.

“Bukan itu, jangan bawa aku kembali ke Seoul..” katanya. “Aku tidak ingin kembali ke Seoul. Kumohon jangan bawa aku kesana. Aku tak ingin kembali ke keluargaku, aku tak ingin hidup menjadi Seo Joo Hyun.”

“Mwo? Lalu kau akan kemana? Apa yang akan kau lakukan.” aku tercengang mendengar itu semua. Ia menatapku intens.

“Kumohon, bawa aku ke tempatmu, kemanapun kau pergi..”

-O-

TBC

The One I Love.. (Part XIV)


The One I Love.. (Part XIV)
4
Mar

Author’s POV

Jonghyun’s POV

“Baiklah, sekian meeting hari ini, kuharap kita bisa bekerjasama dengan baik dan menciptakan sebuah konser luar biasa di tahun ini..” aku menutup jalannya meeting hari ini.

Perlahan aku berjalan keluar, kembali menuju ruanganku. Aku duduk di kursi, kutengok meja, dan kulihat sekotak bento buatan yeojachinguku menungguku. Aku tersenyum sendiri melihatnya. Baru kali ini aku diperlakukan seperti ini, wajar saja, aku belum pernah mempunyai kekasih. Hari ini rasanya aku senang sekali. Kuambil kotak bento itu lalu kubuka dan isinya ternyata kimchi fried rice dengan telur mata sapi berbentuk hati. Senyumku terkembang dengan lebar. Rasanya aku sayang untuk memakannya, tapi Yoona akan kecewa jika aku tak memakannya, maka kuambil sendok dan mulai menyuapkan masakan buatan kekasihku itu. Rasanya enak, benar benar enak, entah karena rasanya memang  enak atau karena buatan Yoona, yang jelas ini terasa sangat enak di lidahku. Tanpa ragu lagi kusantap dengan lahap makanan ini.

Tok..tok..

“Masuk..” kataku saat seseorang mengetuk pintu. Terlihat sekretarisku masuk mengantar Kyuhyun hyung memasuki ruanganku.

“Ah hyung..” aku langsung tersenyum padanya. Kuletakkan dulu kotak bento yang sedang kupegang itu.

“Jonghyun-ah, apa kau sedang sibuk?” tanyanya.

“Ania, aku sedang istirahat. Ada apa hyung?” kataku.

“Wah sepertinya enak, kau bekal dari rumah?” Kyuhyun hyung melirik kotak bentoku yang masih terisi lumayan banyak itu.

“Ah ini, ne..” kataku tersenyum malu malu.

“Aigoo, jadi yeoja yang waktu itu adalah yeojachingumu?”

“Ne hyung..” wajahku pasti sudah merah sekarang.

“Wah dongsaengku sudah besar ya.. Kau pasti sangat bahagia..” Kyuhyun hyung berdiri menghampiriku dan memegang pundakku, ia tersenyum.

“Iya hyung, jujur saja aku sangat bahagia, ini pertama kalinya..” kataku. “Ngomong-ngomong ada apa hyung datang kemari?” lanjutku.

“Ah tidak, tadinya aku ingin mengajakmu makan siang bersama dan mengobrol denganmu, tapi ya sudah lain kali saja..” hyungku itu tersenyum lagi.

“Aku jadi tidak enak. Kalau begitu ceritakan saja apa yang ingin kau obrolkan denganku sekarang. Atau kita harus pergi ke cafĂ©? Aku tak keberatan..”

“Tidak Jonghyun-ah, kau nikmati saja makan siangmu. Aku pergi dulu..” lagi lagi ia tersenyum padaku. Namun kulihat di matanya ada sesuatu yang berat yang ia simpan. Ia berbalik dan pergi.

“Hyung..” panggilku. Namun ia malah terus melangkahkan kakinya pergi dari tempatku.

Kasihan hyung, ia pasti sangat sedih karena Seohyun..

-O-

Kyuhyun’s POV

Aku memacu mobilku tak karuan. Jadi benar Jonghyun dan Yoona berpacaran? Mengapa dadaku sesak sekali mendengarnya?

Ckiiitttt..

Kuinjak pedal rem mendadak lalu kubalikkan mobilku menuju suatu tempat, rumah Jonghyun..



Tingtong.. tingtong..

Kutekan bel dengan tak sabar. Setelah berkali kali kutekan barulah Yoona membukakan pintu untukku.

“Kyuhyun-ssi?” katanya saat melihatku datang. Tanpa basa basi kutarik tangannya dan kubawa ia masuk ke dalam mobilku.

“Ya~! Kyuhyun-ssi! Apa yang kau lakukan?” berontaknya. Namun aku tak peduli. Kupaksa ia masuk ke dalam mobilku, ku kunci mobil dan membawanya pergi.

Yoona berontak dari tadi menyuruhku untuk menghentikan mobil. Kupacu mobilku menuju sebuah tempat, tempat yang hanya ada aku dan dia untuk bicara, sebuah hotel..

“Kyuhyun-ssi apa kau sudah gila?” teriak Yoona saat kami sampai di depan sebuah hotel. Tanpa babibu, aku langsung menyeretnya masuk ke dalam hotel itu. Mulutku ku bungkam rapat-rapat.

Aku menyeret Yoona masuk ke kamar dan menghempaskan badannya dengan kasar di ranjang. Yoona menatapku dengan tatapan ngerinya. Ia terbelalak ke arahku. Aku kehilangan akal sehatku, dan sekarang aku mulai mendekati Yoona.

“Kyu..kyuhyun-ssi, apa yang akan kau..” Yoona mundur mundur dan terlihat ketakutan, matanya sudah berkaca-kaca, namun aku tak peduli, aku terus mendekat ke arahnya, menatapnya dengan tajam. Dia terus mundur hingga menyentuh ujung ranjang, kutarik tubuhnya dengan kasar.

“Kyuhyun-ssi, apa yang kau.. hmmmppphhh..” ku bekam mulutnya dengan bibirku.

“Kyuhyu..nn..ssii..hmmpphh..” dia terus berontak memukul-mukul dadaku, namun aku makin liar. Akhirnya setelah beberapa saat kulepaskan bibirku. Nafas kami berdua tersengal, kutatap wajahnya, ia menatapku tajam.

“Yoona-ssi, kau mencintaiku kan?” kataku dengan nafas memburu. Kupegangi badannya agar ia tak bisa kemana-mana, kukunci ia dengan kedua tanganku.

“Mwo?” gadis itu hanya bereaksi seperti itu.

“Kau mencintaiku kan? Mengapa kau berpacaran dengan Jonghyun?”

“Apa kau gila?” kata Yoona memandangku semakin tajam.

“Kau mencintaiku kan? Mengapa kau berpacaran dengan Jonghyun? Ah aku tahu, Jonghyun hanya pelarianmu saja, benar begitu kan Yoona-ssi?”

Ia berontak dan akhirnya berhasil melepaskan diri dari genggamanku..

PLAKKK!!

Untuk kedua kalinya pipiku ditampar olehnya. Aku membelalakkan mataku padanya.

“Jaga ucapanmu! Aku mencintai Lee Jonghyun!”

Yoona lalu keluar meninggalkanku yang membatu dengan perih dan panas di pipiku..

-O-

Yoona’s POV

Apa apan dia itu? Lagi lagi dia bertingkah seenaknya! Lagi lagi ia melecehkanku seperti ini!

Aku menangis sambil terus berjalan. Tapi rasanya kakiku sudah terlalu lelah, tak hanya kakiku, batinku pun sudah sangat lelah dengan semua ini. Sakit.. hati ini semakin sakit mengingat semua perlakuannya padaku. Dia hanya menganggapku mainan..

Rasanya aku ingin sekali mencuci bibirku yang telah dilecehkannya tadi. Kogosok gosok lagi bibirku dengan kesal. Aku tak bisa mengendalikan diriku, hingga aku tak peduli orang sekitar melihatku menangis seperti ini. Entah kaki ini membawaku kemana, aku turuti sajalah.

Tanpa sadar aku sampai di sebuah taman yang sepi. Aku masih berjalan terus entah kemana kaki ini akan membawaku.

Brukk!!

Tiba tiba tanpa sadar aku menabrak seseorang.

“Mianhae..” kataku tanpa melihatnya.

“Chagiya, wae geurae?” aku terkejut setengah mati saat Jonghyun oppa berdiri di hadapanku dan menengadahkan wajahku.

“O-ppa..” buru buru aku hapus air mataku. Tapi Jonghyun oppa menyingkirkan tanganku dan menghapus air mataku dengan kedua tangannya.

“Wae chagi?” dia menatapku prihatin.

“A-ania oppa, aku hanya teringat pada orang tuaku..” kataku berbohong.

Mianhae oppa aku harus membohongimu..

“Aigoo..” Jonghyun oppa lalu menarikku ke pelukannya yang nyaman. “Chagiya, tenanglah, kau masih punya aku, eo? Sudah jangan menangis lagi..” ia mengecup puncak kepalaku.

“Ne, gomawo oppa..” kataku. Kami lalu berpelukan cukup lama. Pelukan yang sangat nyaman, pelukan yang kubutuhkan, pelukan yang sangat menenangkan, namja ini bagaikan malaikat di hidupku..

“Baiklah my princess, ayo kita makan es krim, eo? Kajja..” ajak namjachinguku itu setelah melepaskan pelukan kami. Ia kembali tersenyum, senyum malaikatnya yang membuatku nyaman.

“Ne, kajja..” kataku.

-O-

Author’s POV

Bwara mr.simple simple..

“Yoboseyo..” Kyuhyun mengangkat ponselnya yang berbunyi.

“Mwo?”

Namja itu shock mendengar perkataan orang yang menelponnya. Tanpa terasa ponselnya jatuh begitu saja dari tangannya. Tubuhnya gemetaran dan lemas seketika saat polisi mengatakan bahwa Seohyun diduga bunuh diri di pantai. Hati Kyuhyun kacau. Ia tak bisa berkata-kata mendengar yeojachingunya itu diduga meninggal bunuh diri ke pantai. Rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam menghantui benaknya.

-O-

TBC

The One I Love.. (Part XV)


The One I Love.. (Part XV)
27
Apr

Beberapa hari kemudian..

Keluarga dari Seohyun mengadakan acara berkabung atas meninggalnya Seohyun. Mereka berkumpul di gereja, lalu rencananya akan pergi ke tempat dimana mobil Seohyun ditemukan. Disitu banyak orang berkumpul kerabat serta sahabat Seohyun, mereka semua terlihat sangat kehilangan yeoja cantik itu. Foto Seohyun ukuran besar terpampang di figura dengan pita hitam. Wajah cantiknya dan senyumannya tergambar jelas di foto itu, wajah dan senyuman yang cantik yang akan mereka semua rindukan..

“Kau.. masih berani datang kesini?” kata Yuri sinis pada Yoona yang baru saja datang bersama Jonghyun.

“Chagi..” Siwon hendak menenangkan yeojanya itu.

“Biarkan aku bicara, oppa..” katanya sengit.

Yoona hanya tertegun melihat sikap Yuri padanya, kemudian menunduk, sementara Jonghyun tidak mengerti keadaan, ia bingung mengapa Yuri bersikap begitu pada yeojachingunya.

“Yuri-ssi, mian, ada apa ini sebenarnya?” tanya Jonghyun dengan polosnya.

“Kau? Ada hubungan apa kau dengan gadis ini?” sengit Yuri.

“Dia adalah kekasihku. Kau sebenarnya kenapa?”

Yoona hanya menunduk.

“Kalian berpacaran? Kusarankan kau tinggalkan saja dia, dia adalah wanita yang membuat adikku meninggal!” kata Yuri.

“Maaf Yuri-ssi, tapi apa maksudmu? Dan tolong jangan bicara seperti itu padanya..” Jonghyun mencoba menahan kekesalannya pada Yuri.

“Kau mau tahu? Dia menggoda Kyuhyun hingga adikku dicampakan oleh hyungmu itu!” Seringai Yuri. Jonghyun tersentak. Sementara Yoona hanya terus mencoba menahan air matanya namun ia tak bisa. Jonghyun hanya bisa tertegun menatap Yoona yang sudah mulai menangis.

“Chagi, ayolah jangan diperpanjang.. Mianhae Yoona-ssi, Jonghyun-ssi..” Siwon menarik tangan Yuri.

“Aniyo oppa! Aku tidak akan pergi..” Yuri menghempaskan tangan Siwon. Siwon tersentak melihat istrinya itu.

“Yuri-ssi, hentikan semua ini..” Kyuhyun tiba tiba datang dan menghampiri mereka. Semua menatapnya.

“Yuri-ssi, jangan salahkan Yoona atas semua ini, ini semua salahku. Yoona sama sekali tidak menggodaku, jadi tolong jangan salahkan dia..” jelas Kyuhyun. Ia kemudian menatap Yoona dengan nanar, lalu menatap Jonghyun. Dongsaengnya itu menatap Kyuhyun tak percaya.

“Mianhae Jonghyun-ah, aku tidak bermaksud merusak suasana kalian..” lanjut Kyuhyun. “… dan kau, maaf telah menyeretmu masuk ke dalam masalah pribadiku..” kata Kyuhyun pada Yoona. Senyum pahit terkembang di bibirnya. Jonghyun terdiam beberapa saat, ia mencerna setiap kata demi kata yang baru saja didengarnya tadi. Sampai akhirnya ia kembalai menengadah dan bilang..

“Kajja chagi, lebih baik kita tinggalkan tempat ini..” Jonghyun menarik tangan Yoona dan membawanya pergi. Yoona yang menangis hanya bisa menuruti langkah Jonghyun.

-O-

Jonghyun’s POV

Yoona dan Kyu hyung pernah berpacaran? Astaga apa lagi ini? Batinku tak karuan setelah kejadian acara belasungkawa tadi.

Kini aku dan Yoona duduk di bangku taman yang sepi. Aku tahu Yoona pasti sangat terpukul dengan kejadian tadi. Kasihan sekali kekasihku ini, ya walaupun sejujurnya aku juga terkejut setengah mati dan banyak sekali pertanyaan yang muncul di benakku seputar dia dan Kyuhyun hyung, namun aku harus mengesampingkan perasaanku dulu, aku yakin dia lebih terluka daripada aku. Sejak tadi dia hanya diam, kupandangi wajahnya yang menyiratkan kesedihan, walaupun ia selalu bilang baik baik saja, namun aku tahu ia pasti berbohong. Kutarik tubuhnya ke pelukanku.

“Chagi, jangan dengarkan apa kata mereka.. Sudahlah..” kataku. Yoona hanya diam. Sepertinya ia benar benar terluka. Kubelai rambutnya lembut, aku berusaha menenangkan yeoja yang paling kucintai ini. Melihatnya seperti ini aku sangat prihatin.

“Oppa, mengapa kau begitu baik padaku?” tiba tiba kata katanya membuatku tertegun.

“Tentu saja aku baik padamu, aku adalah kekasihmu..” kataku tersenyum pahit.

“Bahkan kau menerimaku walau kau tahu aku menggoda Kyuhyun dan membuat Seohyun bunuh diri?” Ia menarik diri dari pelukanku dan mulai menatapku.

“Tentu. Sudahlah itu hanya masa lalu, yang terpenting adalah dirimu sekarang..” kusunggingkan senyumku padanya.

“Benarkah? Oppa menerimaku?”

“Ne, itu adalah pertanyaan konyol sayang.. “ kataku. Kuacak rambutnya pelan, Yoona menatapku lalu tersenyum. Senyum itu, bahkan aku tak bisa marah padanya, dia terlalu indah bagiku.

“Gomawo oppa..” ia menatapku dengan mata indahnya.

“Jangan tinggalkan aku..” kutarik ia ke dalam dekapanku. Sungguh aku takut dan tidak ingin kehilangan yeoja ini..

-O-

Tiga bulan kemudian..

Yoona’s POV

“Pagi chagiya..”

Kulihat Jonghyun oppa tersenyum manis saat kubuka kedua mataku pagi ini. Aku cukup kaget, mengingat dia sudah berada di sebelahku, padahal seingatku kami tidak tidur bersama. Pagi pagi sudah diberi pemandangan indah begini, rasanya aku ingin hidup sepuluh ribu tahun asalkan setiap pagi seperti ini. Oke, kembali ke kehidupanku..

“Pagi oppa..” kubalas dengan senyum termanisku.

“Bagaimana tidurmu? Apa nyenyak?” tanyanya sambil mencolek hidungku dengan telunjuknya.

“Tentu, tidurku sangat nyenyak tadi malam..”

“Baguslah, nah sekarang ayo cepat bangun..” Jonghyun oppa menarik selimut yang kupakai dan menarikku bangun.

“Eh? Ada apa ini?”

-O-

Jonghyun’s POV

Aku sudah mengendarai mobilku bersama dengan Yoona. Ini baru jam delapan pagi! Ya, aku memang berencana mengajak yeojaku ini bersantai sejenak. Kulirik lagi wajah cantiknya yang tengah sibuk memandangi pemandangan keluar kaca jendela. Aku hanya bisa tersenyum tanpa berkata apapun, wajahnya terlalu sempurna sehingga aku kehilangan kata kataku. Lidahku rasanya kelu tiap kali menatapnya, dan setiap kali menatapnya aku menjadi sadar dia sangat cantik. Sejujurnya aku tidak terlalu suka mengendarai kendaraan jika bersamanya, karena jujur entah mengapa walau berulang ulang aku tak pernah bosan menatapnya dan saat kutatap lagi, aku merasa dia lebih cantik dan lebih lebih lagi. Itu mengganggu konsentrasiku. Ah baiklah, hentikan khayalanmu Lee Jonghyun, aku harus tetap fokus pada jalanan.

“Oppa..” Yoona memanggilku. Dia menatapku membuatku jadi sedikit GR (?).

“Ne..” aku melirik dan tersenyum padanya.

“Aku lapar..” ucapnya dengan polos. Ya Tuhan kukira dia akan membicarakan apa, ternyata dia lapar. Aku tersenyum kecil dibuatnya.

“Waeyo oppa? Apa itu lucu?”

“Ani, baiklah kita cari makanan dulu, baru meneruskan perjalanan, ne?”

“Ne..” Yoona terlihat bersemangat seperti anak TK yang dibelikan mainan baru. Yeah, aku tahu dia itu walau badannya ramping namun makannya banyak. Yeoja ini benar benar membuatku jatuh hati..

Akhirnya setelah beberapa saat kucari tempat yang sekiranya enak dan kuparkirkan mobilku di sebuah cafeteria di pulau Jeju ini. Aku dan Yoona turun dari mobil, ia mengamit tanganku. Aku sangat menikmati saat saat bersamanya seperti ini. Kuacak rambutnya pelan, ia memandangku dan tersenyum padaku, kucium puncak kepalanya. Biar saja orang melihatnya, aku juga ingin menunjukkan pada seluruh dunia aku adalah namja dari wanita seindah Yoona.

Di dalam café cukup ramai namun tidak terlalu bising, alunan musik membuai siapa saja yang berada di dalamnya. Begitu kami masuk orang orang berbisik-bisik. Wajar saja, aku sudah debut dengan teman temanku, meski belum bisa menandingi band seperti CN Blue, namun kami cukup populer saat ini, dan tentu saja banyak orang yang mengenaliku sebagai gitaris dari band Burning. Aku adalah seorang musisi juga produser. Yoona terlihat sedikit tidak nyaman, tapi aku bersikap seolah semuanya biasa. Akhirnya kami pun duduk setelah memilih tempat yang paling nyaman.

“Oppa, kau yakin ini tidak apa apa?” tanya Yoona dengan mimik khawatirnya, setengah berbisik. Aku tersenyum simpul.

“Tentu saja, memang kenapa? Artis juga manusia, butuh pacaran bukan?”

Tiba tiba datang dua orang anak remaja putri menghampiri meja kami.

“Jonghyun oppa gitaris burning ya?” kata seorang anak dari mereka. Bisa kutebak mereka adalah fansku.

Ah memang wajahku yang tampan membuat siapa saja menyukaiku bukan? Kekeke.

“Ne..” aku menjawab sambil melontarkan senyumku yang cool. Aku harus ramah pada penggemar bukan?

Mereka lalu berbisik bisik.

“Bolehkah kami meminta tanda tangan dan berfoto denganmu?”

“Tentu saja..”

Aku pun melakukan fan service. Membagi tanda tangan dan juga berfoto bersama penggemar. Sebagai artis pendatang baru tentu saja harus membangun image yang baik di mata penggemar. Benar kan? Fufufu~

“Baiklah oppa, terimakasih ya..” kata mereka.

“Ya, sama sama, tetap dengarkan lagu kami ya..” kataku.

“Ne..” angguk mereka dengan kompak. Para fan girl itu pun pergi. Aku tersenyum menatap kepergian mereka. Begini ternyata rasanya punya penggemar, menyenangkan sekali, hanya memberi tanda tangan dan foto saja sepertinya sudah menyenangkan orang lain. Aku ingin terus menjadi artis.

“Ehm.. sudah selesai?” suara Yoona membuyarkan pikiranku.

“Eh? Ne chagi? Tentu saja, sudah..” kataku. Sepertinya Yoona terlihat tidak terlalu senang dengan hal tadi. Raut mukanya berubah. Ya memang tadi aku sedikit lupa bahwa aku sedang bersama Yoona.

“Kalau begitu ayo pesan makanannya..” Yoona masih dengan mimik mukanya yang membuatku tidak enak dan membuka buku menu yang dari tadi tergeletak rapi di meja.

“Wae chagi? Apa kau keberatan?” tanyaku hati hati.

“Apa maksudmu?” kata Yoona tanpa melihatku. Ia menutupi wajahnya dengan buku menu.

Aissh dia pasti marah..

“Mianhae chagi..” kataku.

“Eh?” Yoona lalu menyingkirkan buku menu yang menutupi wajahnya lalu menatapku seperti orang yang tertegun.

“Mianhaeyo..” kataku mengulang perkataanku.

“Maaf untuk apa? Aku sama sekali tidak keberatan dengan fan servicemu tadi, itu sudah seharusnya..” katanya.

“Jinjayo?” tanyaku tak percaya.

“Tentu saja, sejujurnya..” Yoona tak meneruskan perkataannya. Membuatku penasaran.

“Sejujurnya apa?”

“Ah tidak, sudahlah jangan dipikirkan..” katanya berusaha menghindar sambil menunjukkan senyum kakunya. Namun aku sudah terlanjur penasaran. #jonghyunkepo #plakk

“Jelaskan padaku, aku mohon, jika ada sesuatu yang membuatmu tak nyaman, tolong katakan saja..” pintaku.

“Sebenarnya.. sebenarnya aku sangat lapar jadi aku agak tak sabar, kau berfoto dengan fansmu sementara aku kelaparan, itu saja..” Yoona menjelaskan dengan polosnya.

Demi Tuhan kata katanya membuatku cengo! Jadi ternyata hanya itu? Karena itu? Ya Tuhan, entah aku yang berpikir terlalu jauh atau apa, sungguh Yoona tak bisa ditebak..

 “Oppa, kau baik baik saja?” Yoona melambai lambaikan tangannya di depan wajahku. Aku masih terdiam sebentar lalu..

“Ahahahaha..” tawaku pecah. Sungguh aku tidak bisa menahan tawa akibat yeojaku yang polos ini. Dia masih heran dan sepertinya bertanya tanya mengapa aku tertawa.

“Oppa, waeyo? Aishh..” katanya heran, sambil menyunggingkan senyum tak mengertinya.

“Ani, aku hanya menertawakan diriku sendiri, kupikir kau marah karena aku melakukan fan service tapi ternyata kau hanya lapar, aku berpikir terlalu jauh hahaha..” jelasku.

“Haha memangnya itu lucu ya? Haha..” Yoona ikut tertawa kecil.

“Hahaha.. Ya sudah, sekarang apa kau sudah memutuskan ingin makan apa? Cepat pesan sana, katanya kau lapar haha..”

“Ne, aku ingin pesan beberapa porsi ikan laut dan kepiting, ah aku mau yang ini, yang ini, dan yang ini..” Yoona menunjuk nunjuk gambar yang ada di buku menu itu, persis seperti anak kecil yang sedang memilih es krim yang diinginkannya. Ngomong-ngomong yeojaku ini makannya banyak juga, aku kadang kagum melihat nafsu makannya.

“Baiklah kita pesan semua ya..” kataku menatapnya dan mengelus rambutnya pelan. Yoona menoleh dan lagi lagi tersenyum. Memesan makanan banyak? Tak masalah. Apapun akan kuberikan asal aku masih bisa melihat senyum indahnya ini.

“Pelayan..” panggilku.

Seorang pelayan wanita menghampiri meja kami. Ia lalu menuliskan pesanan kami dan pergi. Tak lama kemudian makanan pun datang.



Author’s POV

Jonghyun dan Yoona tampak asik mengobrol setelah melahap makanan yang membuat perut mereka penuh seketika. Di sebuah sudut cafeteria di pulau Jeju, mereka seakan melupakan orang lain atau wartawan yang mungkin saja menangkap basah dengan kamera dan menjadikannya pemberitaan. Namun di sudut lain cafeteria itu, seorang gadis terlihat mengamati mereka dari jauh. Seo Joo Hyun, pegawai cafeteria yang baru saja bekerja disana selama beberapa bulan. Seohyun, yeoja kekasih Kyuhyun, yang katanya meninggal dunia, yang katanya bunuh diri itu, masih hidup dan bahkan bekerja. Andai kedua sejoli itu tahu Seohyun ada disitu, mungkin mereka tak akan setenang itu, mungkin yang akan mereka lakukan adalah membujuk Seohyun pulang atau mungkin mati terkejut karena melihat kehadirannya.

Jantung Seohyun berdebar kencang. Kenangan akan masa lalu itu terlintas lagi di benaknya, Yoona, wanita itu, wanita yang membuat hatinya hancur berantakan, membuat kehidupannya yang sempurna menjadi terpuruk. Kenangan pahit itu, terasa sangat menyesakkan di dada Seohyun.

Sekarang dia bersama pria lain, bukan Kyuhyun? Semudah itukah hati Yoona berpaling pada lelaki lain? Siapa lagi yang akan kau sakiti Im Yoona? Aku? Kyuhyun? Jonghyun? Selanjutnya? Namun aku tak bisa berkata apa apa, aku hanya bisa bilang, kau beruntung, Yoona.. batin Seohyun.

Seohyun terduduk memegangi kepalanya yang terasa berat. Air matanya menetes tak dapat dibendungnya. Menangis, hanya itulah yang bisa ia lakukan tiap kali ia mengingat masa lalunya..

“Seo-ya, kau baik baik saja?” tiba tiba suara namja yang terlihat cemas pada Seohyun itu terdengar. Ya, namja yang selalu menjaga Seohyun selama ini, namja yang selalu mengkhawatirkan keadannya, namja yang selalu mengerti bahkan tanpa Seohyun ucapkan apapun soal perasaannya, dia, Lee Donghae..

Donghae lalu jongkok menghampiri Seohyun yang terduduk di lantai. Ia menatapnya dengan prihatin. Semenjak Seohyun tinggal di Jeju bersamanya, Seohyun jarang bicara padanya. Ia lebih terlihat murung, dan sering Donghae menemukan Seohyun menangis sendirian. Wanita ini, sungguh membuat Donghae merasa mati kutu, ia tak bisa melakukan apapun untuk menolongnya, sebenarnya bisa saja ia menghubungi keluarga Seohyun di Seoul dan mengatakan apa yang terjadi, namun ia tahu Seohyun justru tak ingin ia melakukannya, dan jika ia nekat, Seohyun tentu akan lebih menderita. Sudah cukup ia menderita seperti ini, manalah tega Donghae membuat hidup Seohyun semakin tersiksa. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah menuruti keinginan Seohyun membiarkannya tinggal di Jeju dan menjaganya..

Ia tahu kedatangan Yoona dan Jonghyun, sebenarnya ia dari tadi mencari Seohyun dan berniat membawa Seohyun pergi agar ia tak melihat kedatangan dua orang yang diduganya akan sukses membuat Seohyun sedih. Namun sepertinya Donghae terlambat..

Seohyun menatap donghae, ia tak mengatakan sepatah kata pun. Namun Donghae tahu, wanita yang ada dihadapannya ini sangat terluka. Dari matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam, namun gadis itu belum mau mencurahkannya. Donghae menatap Seohyun dengan penuh prihatin. Diusapnya air mata di pipi Seohyun dengan kedua tangannya.

Ya Tuhan, bunuh saja aku jika aku harus menyaksikannya yang seperti ini, aku tidak kuat.. batin Donghae. Ia menatap gadis itu lekat lekat.

“Arrayo Seohyun-ah.. Gwaenchana..” Donghae menarik Seohyun kedalam pelukan di dada bidangnya yang nyaman.

“Tenanglah Seo, selama masih ada aku, kau akan baik baik saja, aku akan menjagamu, aku janji..” tanpa sadar Donghae mengecup puncak kepala Seohyun. Sementara gadis itu masih belum bisa menghentikan tangisannya.

-O-

Yoona’s POV

“Chagi..” Jonghyun oppa tiba tiba memelukku dari belakang saat aku melihat indahnya matahari terbenam dari balik jendela kamar hotelku yang besar. Mengagetkanku.

“Oppa..” aku hanya bisa tersipu dan menikmati pelukannya yang membuatku nyaman. Wajahku otomatis memerah.

“Saranghae..” bisiknya lembut di telingaku, membuatku dapat merasakan aroma tubuhnya dari parfum yang khas dan merasakan nafasnya di telingaku. Degup jantungku kacau dibuatnya. Jonghyun oppa lalu membalikkan badanku, ia menatapku dalam. Aku hanya bisa tertegun melihatnya.

“Don’t leave me chagiya..”  bisiknya.

Ia lalu mulai mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku dengan lembut. Aku tidak bisa apa apa, jika sudah begini, aku hanya bisa pasrah membalas ciumannya. Ciuman yang manis dan penuh cinta namun tidak menuntut. Bisa kurasakan rasa sayangnya yang begitu besar padaku, semakin lama, ciuman ini terasa semakin manis, semakin membuatku tak ingin melepaskannya, sesuai dengan perkataan Jonghyun oppa tadi, aku sama sekali tidak ingin meninggalkannya..

Saranghaeyo Lee Jonghyun…

TBC

-O-

The One I Love.. (Part XVI)


Tag Archives: kyuhyun
The One I Love.. (Part XVI)
13
May

Donghae’s POV

Seohyun terlelap dalam pelukanku. Kupandang lagi wajahnya, kuusap sedikit sisa air mata yang ada di pelupuk matanya. Akhirnya ia tertidur juga.

Meski sekarang ia belum mau terbuka padaku, tapi memandang dua mata indahnya saja setiap hari bagiku sudah cukup, tanpa harus memaksa ia mengungkapkannya dengan kata kata, matanya selalu bicara. Sayang sekali, yang kulihat hanyalah kegetiran, kesedihan dan kegundahan. Ingin sekali rasanya menatap matanya yang berbinar seperti dulu, aku rindu tawanya, senyumnya yang bahkan membuatku nyaman hanya dengan melihatnya saja.

Aku jatuh cinta pada malaikat ini sejak pertama kali aku melihatnya. Dia adalah wanita tercantik yang pernah kutemui. Wanita yang sangat anggun dan elegan. Bahkan memikirkannya saja sudah membuatku melayang hingga ke planet pluto rasanya. Sayang, bidadariku tak tahu bagaimana caranya bahagia. Melihatnya seperti ini hatiku rasanya seperti disayat. Cho Kyuhyun, kau tega sekali. Ingin rasanya aku menghabisi namja yang membuat bidadariku terluka itu, namun apa daya, aku tak bisa melakukannya, karena Seohyun, mencintainya..

“Andai bukan Cho Kyuhyun, andai itu aku, Lee Donghae, mungkin kau takkan terluka Seohyun-ah… “ tanpa sadar aku bergumam dan mengecup puncak kepalanya.

“Hmm..” Seohyun nampak sedikit terusik dari  tidurnya.

Astaga apa dia mendengarnya?

Namun sesaat kemudian ia terlihat kembali lelap dalam tidurnya. Fiuhh selamat!

“Baiklah, waktunya tidur dengan nyaman Seohyun-ah..”

Kugendong Seohyun masuk ke kamarnya. Kubaringkan dengan hati hati agar ia tak terbangun. Seohyun nampak pulas. Tanpa sadar tanganku bergerak menuju pipinya, namun cepat cepat kuhentikan tangan nakalku ini.

“Good night Seohyun-ah..” bisikku sambil mematikan lampu dan keluar dari kamarnya.

-o-

Kyuhyun’s POV

Kuhela nafasku panjang. Kupijit pelipisku yang berdenyut hebat setelah semalaman lembur dan tak pulang ke rumah. Sudah beberapa bulan aku begini, menenggelamkan diriku dalam pekerjaan. Bahkan aku jarang pulang ke rumah demi pekerjaanku. Masa bodoh, totalitasku dalam pekerjaan sekarang menjadi prioritas.

Tak sengaja kulihat foto yang masih terpampang manis di figura. Foto yang membuatku seakan ingin menangis tiap kali melihatnya, miris.. itu adalah fotoku dengan Seohyun.

Harusnya aku sekarang sudah menikah dan mugkin berulan madu dengan Seohyun, gadis yang kucintai selama ini, mungkin..

Deg.. Deg.. Deg..

Degup jantungku tiba tiba kacau. Kupegangi dadaku.

“Im Yoon Ah..” gumamku pelan.

Dadaku rasanya sesak, sakit, lebih sakit dari apapun. Tanpa kusadari bulir air mata jatuh dari pelupuk mataku. Air bening ini, mungkinkah berbohong? Bukankah ukuran ketulusan seseorang adalah air mata? Seohyun atau Yoona? Perasaanku? Ataukah Kibum hyung?

Terlambat..

Aku kehilangan kedua duanya..

-O-

Beberapa hari kemudian..

Auhor’s POV

“Kibum hyung..” panggil Kyuhyun.

“Kyu..” Kibum hanya tersenyum lalu duduk di sebelah Kyuhyun dan mengusap kepala adiknya itu.

“Hyung..” mata Kyuhyun berkaca-kaca melihat sosok kakaknya itu.

“Aku senang sekali hyung, akhirnya aku bisa menemuimu, kau tampan hyung, bahkan lebih tampan dari foto yang Yoona perlihatkan padaku..” kata Kyuhyun berkaca-kaca.

“Benarkah? Mungkin pertama kali kau mengetahui wajahku yang dewasa adalah saat Yoona memperlihatkan fotoku padamu..” Kibum menghela nafas.

“Ne..” Kyuhyun mengangguk pelan.

“Sudah kama sekali sebenarnya aku ingin bercengkrama denganmu seperti ini, sayang takdir tak pernah berpihak padaku.. Bahkan aku mati sebelum bisa bericara denganmu seperti ini..” Kibum tersenyum pahit.

“Tapi tak apa, toh akhirnya kita bisa bertemu bukan? Kau tahu, dulu aku adalah stalker sejatimu..” lanjut Kibum.

“Mwo? Hyung stalkerku? Maksudnya?” mata Kyuhyun membulat.

“Hm..” Kibum mengangguk.

“Kau tahu, aku bahkan tahu setiap nilai ulangan yang kau peroleh di sekolah, yeoja yang kau sukai, dan semuanya..” lanjut Kibum.

“MWO?? Serius hyung?” Kyuhyun makin heran.

“Cinta pertamamu adalah Victoria kan, noona-noona sunbae waktu kau SMP dulu..” ejek Kibum.

“MWO?!! Hyung.. Darimana kau tahu? Aku bahkan tak mengungkapkan perasaanku pada Vic noona..” mata Kyuhyun bagai mau copot dari tempatnya.

“Hahaha sudahlah, sudah kubilang aku adalah stalker sejatimu, bahkan aku memahami perasaanmu. Prestasimu bagus Kyu, aku bangga..” Kibum menepuk pundak Kyuhyun.

“Terimakasih hyung. Tapi mengapa kau tak pernah datang padaku? Mengapa kau hanya jadi stalkerku? Mengapa hyung?”

“Ani, aku hanya merasa tidak pantas disebut sebagai kakakmu..”

“Aissh mengapa kau bicara begitu?”

“Aniya Kyu, aku memang tak pantas jadi kakakmu, kau adalah seorang Cho Kyuhyun, anak namja kebanggaan keluarga Cho, penerus perusahaan Cho, siswa teladan yang punya otak cemerlang dengan IQ diatas rata rata, kau pikir seorang Kim Kibum yang biasa ini pantas menjadi kakakmu? Aku hanya pegawai paruh waktu di sebuah perusahaan percetakan kecil di Seoul, daripada aku mempermalukan adikku sendiri, lebih baik aku tak mendekatimu..”

“Hyung apa yang kau katakan? Kau adalah anak keluarga Cho, sama seperti diriku, aku bukan apa apa hyung, kau bahkan mengganti margamu menjadi Kim, kau meninggalkanku bersama ayah dan ibu tiri, kukira dulu kita akan selalu bersama, kau jahat hyung!”

“Aku ingin mencari kalian, tapi apa daya dulu aku hanyalah seorang anak kecil yang tak tahu apa-apa, setelah dewasa selama ini aku mencarimu dan ibu, aku akhirnya berhasil menemukanmu, namun setelah kau mengorbankan dirimu hanya demi menyelamatkanku, kau pikir aku berharap pertemuan yang seperti ini? Kau pikir begitu? Ini sungguh bukan pertemuan yang kuinginkan sama sekali hyung!!” Kyuhyun sengit. Matanya kembali berkaca-kaca.

“Kyu..” Kibum kehilangan kata katanya.

“Sekarang apa? Kudengar ibu juga sudah meninggal beberapa tahun lalu, kau jahat hyung, mengapa kau tak memberi tahuku, aku kan anaknya juga hyung.. Apakah kau sudah tak menganggapku saudara kandungmu hyung?” Air mata Kyuhyun menetes.

“Bukan begitu Kyu, aku hanya bingung, aku takut kau..”

“Sudahlah hyung..” Kyuhyun mengusap air matanya sendiri.

“Dan yang paling aku tak mengerti darimu adalah mengapa kau mengorbankan dirimu demi aku? Demi adikmu yang bahkan tak mengenalimu, yang baru tahu wajahmu kini saat orang lain memberitahukannya padaku? Mengapa hyung?”

“Lebih dari itu.. Mengapa kau juga memberikan separuh dari hidupmu, Im Yoona padaku..” Lagi lagi butiran air mata menetes dari mata Kyuhyun.

Kibum menghela nafas, “Jawabannya adalah karena aku menyayangimu.. Dan kau tahu mengapa aku memberikan jantungku untukmu? Karena aku percaya kau akan menolongku..” Kibum menatap langit yang luas itu. Sementara Kyuhyun hanya terpaku menatap Kibum tanpa bisa mengatakan apapun. Hanya air matanya yang mengalir yang bicara.

“Kau yang lebih pantas hidup. Kau tahu Kyu, saat aku divonis menderita leukimia, aku khawatir tentang Yoona. Tapi begitu aku mendengarmu sakit jantung dan butuh donor jantung, aku jadi memahami bagaimana seharusnya caraku untuk menjaganya. Dengan jantungku di tubuhmu, kita berdua akan menyatu, dan menjaga Yoona. Namun sepertinya aku terlalu egois ya. Kau punya Seohyun..”

“Tapi kau boleh percaya padaku, Yoona adalah gadis luar biasa, aku ingin melihatnya bersamamu, menurutku dia adalah gadis yang tepat untukmu, gadis yang selalu mencintai dengan tulus. Apa kau tak merasakannya Kyu?”

“Kumohon Kyu, dapatkanlah dia kembali, aku sungguh ingin melihat kalian bersama..” Kibum berdiri kemudian berlutut di hadapan Kyuhyun.

“Hyung..” Kyuhyun hanya bisa membatu, ia kehilangan kata-kata melihat kakaknya berlutut didepannya.

“Kumohon Kyu..”

“H-hyung apa yang kau lakukan? Bangunlah..”

“Maafkan aku Kyu, maafkan aku yang egois memanfaatkan kelemahanmu untuk mencapai maksudku melindungi Yoona, tapi kumohon bantu aku Kyu..”

“Hyung berdirilah..”

“Kumohon Kyu, kau juga mencintainya kan? Kumohon cintai, jaga dan sayangi dia sepenuh hatimu, Kyu..”

“Hyung ayolah jangan begini..”

“Tidak Kyu, aku tak akan berdiri sebelum kau berjanji padaku kau tak akan pernah melepaskan Yoona seumur hidupmu, maaf Kyu aku memaksamu, aku bukanlah hyung yang baik, jika kita bertemu di kehidupan selanjutnya, aku janji aku akan membalas budi, kumohon..”

“Sadarilah Kyu, kau mencintai Yoona bukan karena kau memakai jantungku, tapi karena kau benar mencintainya…”

“Hyung!!”

-O-

“Hyung!!!” teriak Kyuhyun.

“Oppa, kau baik baik saja?” Sulli terlihat cemas melihat oppanya yang baru siuman itu.

“Argghhh kepalaku..” Kyuhyun memegangi kepalanya yang terasa berdenyut dengan hebat.

“Oppa, jangan terlalu banyak bergerak dulu..” Sulli lalu membantu Kyuhyun membaringkan tubuhnya lagi.

“Dimana aku?”

“Kau di rumah sakit, oppa.. Sudah tiga hari kau pingsan, kata dokter kau kelelahan dan kurang tidur, kau sih terlalu fokus pada pekerjaanmu, kudengar bahkan kau jarang pulang ke apartemen, apalagi rumah..” cibir Sulli.

“Ingat oppa, walau bagaimanapun kondisimu masih rentan pasca operasi jantung itu, kau harus tetap menjaga kesehatanmu, jangan sembarangan, susah ya punya kakak sepertimu..” omel Sulli.

“Aigoo masih mau mengoceh kau Cho Sulli? Bicaramu sudah seperti nenek nenek saja..” ejek Kyuhyun. Ia kemudian mendudukan dirinya di ranjang.

“Ya~! Disaat seperti ini kau masih saja sempat sempatnya bercanda! Aishh..” Sulli menggembungkan pipinya.

“Hahaha iya iya. Sepertinya yeodongsaengku khawatir sekali padaku, aigoo imutnya..” Kyuhyun mencubit hidung Sulli.

“Aissh..”

“Sini sini oppa peluk, kau pasti rindu padaku..” Kyuhyun melebarkan kedua tangannya mengisyaratkan agar Sulli memeluknya.

“Tidak mau..” Sulli mengerucutkan bibirnya.

“Hey, benar kau tak mau dipeluk oleh oppamu yang paling tampan seantero Korea ini? Nanti kau menyesal..”

“Omonaa oppa apa kepalamu terbentur sesuatu? Aisshh..” ledek Sulli.

Kyuhyun lalu tiba tiba menarik tubuh Sulli ke pelukannya.

“Ya~! Apa apaan kau?” gerutu Sulli.

“Saranghaeyo nae yeodongsaeng, oppa akan menjagamu..”

Kyuhyun mengusap sayang rambut adiknya itu lalu mengecup dahinya. Sementara Sulli yang bingung ada apa dengan oppanya itu hanya bisa tersenyum memandangi Kyuhyun. Baru kali ini oppa tirinya itu bersikap sehangat ini padanya.

Tuhan, terimakasih aku masih diperbolehkan untuk hidup..Mulai sekarang aku tidak akan menyia nyiakan waktuku walau hanya sedetik..

-O-

Beberapa hari kemudian..

Donghae’s POV

“Seohyun-ah!” Panggilku saat ia berjalan hendak memasuki cafeku. Gadis itu hanya membalasku dengan senyuman.

Dengan cepat aku menghampirinya. “Seohyun-ah, hari ini tidak usah kerja ya..”

“Eh? Wae?”

“Hari ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.. Kajja!” Kutarik lengan Seohyun tanpa menunggu jawaban darinya.

“Eh tapi..”

“Sudah ikut saja, ini perintah!” kataku sambil terus membawanya, akhirnya ia pun pasrah saja mengikuti langkahku. Mungkin aku egois, menggunakan wewenangku sebagai bos untuk membawanya pergi seperti ini. Tapi biar saja, toh aku bukan mengajaknya melakukan yang tidak tidak.

Kubawa ia ke suatu tempat, memang agak jauh dari lokasi cafe kami, namun kurasa tak masalah jika kesana berjalan kaki. Akhirnya setelah berjalan beberapa lama, kami sampai..

“Eotte?” kataku sesaat setelah kami sampai disana.

Seohyun nampak terkagum melihat sekeiling. Tempat itu adalah sebuah air terjun dengan taman bunga di sekitarnya. Sebenarnya ini adalah tempat rahasiaku, tempat ini belum ramai dikunjungi wisatawan. Sangat indah! Air terjun yang menjulang tinggi menciptakan gemercik air, ditambah beraneka ragam bunga warna warni di sekitarnya membuat siapa saja yang menatapnya terpukau. Kicauan burung dan udara segar dari alam yang masih asri itu, ditambah dengan sinar matahari membuat air terjun itu tampak berkilauan membuai siapa saja yang ada disana.

“Kajja..” aku genggam tangan Seohyun dan membawanya ke sebuah tempat di tepi sungai yang indah itu rumah pohon. Sudah kubilang ini adalah tempat rahasiaku, aku kesini saat aku bosan atau saat sedang ingin sendirian tanpa diganggu siapapun bahkan Hyukjae. Kubangun rumah pohon yang nyaman untuk aku menghabiskan waktu sendirian.

Kubantu Seohyun menaiki rumah pohonku, akhirnya kami sampai.

“Kau suka?” tanyaku.

“Ne..” Seohyun mengangguk dan tersenyum, matanya yang indah kembali berbinar. Akhirnya kulihat lagi sinar matanya yang seperti ini setelah sekian lama ia bersedih. Aku pun membalas senyuman manisnya, ya Tuhan wanita ini membuatku seakan melayang hanya dengan melihat senyumnya saja.

“Nah tunggu sebentar, kau duduk disini..” kataku.

“Hae-ssi mau kemana?” tanya Seohyun.

“Tunggu saja..” teriakku saat aku berhasil menuruni tangga dari rumah pohonku. Seohyun tak menjawab, ia hanya menengok dari jendela bolong rumah pohon yang kubuat.

Beberapa lama kemudian aku kembali dengan makanan ditanganku. Sebenarnya aku lupa mengambilnya tadi, pabo hae!

“Seo-ya, cepat turun, ayo kita makan!” kataku dengan riang saat aku berhasil memanjat rumah pohonku lagi.

“Ah hae-ssi kau lama sekali. Mwo? Makan?”

“Ne, ini sudah siang, kau pasti lapar. Ayo..” ajakku.

Aku pun membantu Seohyun turun dari rumah pohon dan kami berjalan menuju tempat yang sudah kusiapkan, aku menggelar tikar dan membawa keranjang makanan.

“Wah jadi kau sudah menyiapkan ini semua?” kata Seohyun.

Aku mengangguk. “Ne, duduklah..” kataku sambil menyuruhnya duduk di tikar yang kusiapkan.

Kami pun lalu menyantap makanan yang kusiapkan sebelumnya sambil menikmati indahnya alam disana. Sepertinya Seohyun benar benar menyukai tempat ini.

“Kau menyukai tempat ini?” tanyaku pada Seohyun setelah kami selesai makan.

“Ya, aku menyukainya..” katanya  tersenyum padaku. “Gomawo Hae-ssi.”

“Cheonmaneyo..” kataku ikut tersenyum. “Bunga bunga disini bagus, kau tak ingin memetiknya? Lihatlah pemandangan sekitar sini, sangat indah..” kataku.

“Ne, aku ingin tapi aku takut tersesat..” jawab Seohyun.

“Hahaha tentu aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian dan tersesat. Ayo..” Kuraih tangan Seohyun yang masih duduk itu lalu membawanya berdiri dan berjalan ke taman bunga bunga dekat situ.

Bunga disana berwarna warni, cantik sekali. Seohyun melihat lihat dengan antusias. Ya setidaknya ini adalah sedikit hiburan untuknya.

“Apa kubilang, cantik bukan?” kataku pada Seohyun yang asik memetik beberapa bunga.

“Iya kau benar.” Katanya dengan raut wajah gembiranya. Aku kemudian berjalan ke salah satu sisi dari kumpulan bunga bunga itu, kupetik beberapa tangkai bunga warna warni, lalu kemudian aku kembali menghampiri Seohyun. Kuberikan hasil petikanku tadi padanya.

“Wah cantik sekali, ini untukku?”

“Ne..” senyumku. Seohyun lalu membalas senyumku.

“Kau lihat, bunga bunga disini liar bukan? Namun keindahannya tidak kalah dengan bunga bunga mahal yang ada di toko, begitu juga denganmu, meski kau tidak terlalu dilihat seperti bunga liar ini, kau tak akan kalah cantik dan indah dengan bunga bunga yang lain..” kataku. Seohyun berhenti sejenak dari memetik bunga, ia lalu menatapku.

“Kau mengerti maksudku bukan, nona cantik? Bunga saja bisa, kenapa kau tidak?” lanjutku. Seohyun masih menatapku.

“Untuk itu, raihlah kebahagiaanmu sendiri, seperti bunga bunga liar ini, meski tak terjamah, tak ada yang merawat, mereka tetap tumbuh, bertahan, dan indah. Dirimu.. harus bisa seperti itu.. Maaf jika aku lancang..” Kutaruh kedua tanganku di pundaknya. Kutatap matanya dalam dalam, ia pun menatapku. Beberapa saat kami bertatapan.

“Ne..” akhirnya kata itu terucap dari bibirnya yang indah, sebuah kata yang kusangka keluar dari mulutnya. Ia sekarang malah tersenyum padaku, sungguh bukan reaksi yang biasanya. Aku sungguh terpesona melihat senyumnya yang tulus itu.

“Kau…” tanpa sadar kedua tanganku kuletakkan di kedua pipi Seohyun.

“Kau sangat cantik..” kataku sambil terus memandangi wajahnya yang tersenyum tanpa ingin melewatkan pemandangan yang sangat indah dihadapanku ini. Bahkan indahnya bunga bunga di sekitar kami rasanya kalah cantik begitu aku melihat senyumnya.

Kuambil setangkai bunga berwarna merah dari gendongannya, lalu kusematkan di telinganya.

“Cantik.. tetaplah seperti ini, bunga liarku..” gumamku. Seohyun lagi lagi hanya bisa tersenyum, namun kali ini matanya berkaca-kaca. Pasti bahagia, kuharap matanya berkaca kaca karena bahagia..

“Ayo, kita kembali ke tempat tadi..” kataku sambil menggandeng tangannya.

“Ne, kajja..” katanya.

Beberapa saat kemudian kami sampai ke tikar yang tadi dan Seohyun membawa setumpukan bunga hasil dipetiknya tadi.

“Apa kau lelah? Hoaaamm rasanya aku ingin berbaring sebentar..” kubaringkan badanku di tikar yang lumayan lebar itu.

“Kau tidur saja, aku tidak apa apa..” kata Seohyun.

“Benarkah? Tapi nanti bangunkan aku ya, karena kita harus pergi sebelum hari mulai gelap..” kataku.

“Ne..” jawabnya.



Beberapa jam kemudian..

Kubuka mataku perlahan, kugeliatkan badanku. Ah enak sekali rasanya setelah tidur tadi. Namun begitu kulihat sekeliling, aku tak menemukan Seohyun. Kemana dia? Buru buru aku bangun dan bergegas mencarinya.

“Seohyun-ah?” panggilku saat aku menghampiri rumah pohon dan naik masuk mencarinya ke berbagai sudut ruangan. Namun Seohyun tidak ada. Aku panik bukan main, hingga terjadi apa apa padanya, aku tak akan memaafkan diriku sendiri.

“Seohyun-ah? Seohyun-ah?” Panggilku, namun tak ada jawaban.

Hingga aku tiba di pinggir sungai..

“Seohyun-ah..” kulihat Seohyun sedang asik mencemplungkan kakinya ke sungai dengan bunga di tangannya. Sepertinya ia sedang membuat sesuatu dengan bunga bunga itu.

“Hae-ssi..” Gadis itu tersenyum padaku. Fiuuhh hampir saja aku mati jantungan karena ia hilang. Syukurlah dia ada dan baik baik saja.

Aku pun lalu tersenyum dam menghampirinya.

“Seohyun-ah, kau sedang apa? Aku mencarimu kemana-mana..” kataku.

“Ani, dari tadi aku disini.. Ini, aku membuat ini..” kata Seohyun sambil memperlihatkan pekerjaannya. Ternyata ia membuat untaian dari bunga bunga, cantik sekali. Ia lalu mengambil sesuatu.

“Ini.. untukmu..” kata Seohyun sambil menaruh sesuatu di kepalaku.

“Eh? Apa ini?” kataku sambil memegangi benda yang baru saja ia taruh di kepalaku.

“Itu mahkota..” katanya.

“Mwo? Mahkota?”

“Ne.. anggap saja kau adalah pangeran dari negeri dongeng.. hahaha” katanya tertawa kecil.

“Ah ne, dan kau putrinya bukan?” godaku.

“Ne.. Putri bunga liar..” senyumnya.

“Ah ini milikku sudah jadi..” Kata Seohyun.

“Sini biar kupasangkan..” kataku meraih mahkota yang terbuat dari untaian bunga itu dari tangannya lalu memasangkannya di kepalanya.

“Cantik..” kataku tersenyum padanya.

“Gomawo. Bunga liar ini kelak akan lebih cantik daripada bunga di toko sana..” katanya tersenyum.

“Ne, itu lebih baik. Ngomong-ngomong kenapa kau menyebutku pangeran dari negeri dongeng?”

“Karena kau membuatku merasa seperti disulap bagaikan cerita cerita dalam dongeng, ah mungkin kau lebih pantas jadi ibu peri, namun karena kulihat kau sepertinya tak cocok jadi ibu peri, jadi aku putuskan memberimu julukan pangeran negeri dongeng saja..”

“Hahaha memangnya kenapa aku tak cocok jadi ibu peri, hey aku terlalu tampan bukan?” godaku.

“Tidak..” kata Seohyun sambil memercikan sedikit air dari sungai padaku.

“Aigoo, ya! Awas kau ya hahaha..” Kubalas memercikan air.

Kami berdua lalu tertawa-tawa dan saling membalas perang air.

Tess.. Tes..

Tiba-tiba kurasakan air yang lain membasahi tanganku.

“Mwo? Hujan?” kataku sambil menatap langit.

“Ayo cepat kita berteduh..”

Kami pun buru buru melarikan diri ke rumah pohon.

Hujan turun dengan lumayan deras.

Ada apa ini, tadi cuaca cerah cerah saja, sekarang malah hujan, ah sungguh tidak tepat..  Gerutuku dalam hati. Setelah kira kira satu jam pun hujan berhenti, dan anehnya panas lagi..

“Wah lihat hujannya sudah berhenti..” kata Seohyun.

“Ah ne, syukurlah..” kataku.

“Kurasa hari sudah lumayan sore, ayo kita pulang..” ajak Seohyun.

“Baiklah ayo..”

Kami berdua pun turun dari rumah pohon. Namun rasanya aku belum mau pulang, hey kata orang bukankah habis hujan akan ada pelangi? Aku punya ide!

“Seo-ya, ayo kita ke tempat bunga-bunga tadi..”

Aku pun membawa Seohyun ke tempat bunga bunga tadi yang terletak diatas bukit itu. Dan akhirnya..

“Lihatlah..”

Pelangi yang indah muncul di langit dengan jelas, pancaran warnanya yang cantik terlihat dengan jelas di atas bukit. Indah sekali. Kami berdua terkagum kagum menatapnya.

“Wah cantik sekali..” kata Seohyun.

Ditambah sekeliling kami adalah bunga bunga yang cantik dan rumput yang basah sisa hujan tadi menyebabkan aroma yang khas. Sempurna sekali.. Kami berdua menikmati pemandangan yang luar biasa cantik itu.

“Donghae-ya..” tiba-tiba Seohyun memanggilku, ia menatapku dalam.

Apa katanya tadi? Donghae-ya? Apakah aku tak salah dengar? Dia tak lagi memanggilku secara formal! Astaga ini sebuah kemajuan!

“Ne?” jawabku.

“Terima kasih.. Pangeran negeri dongeng..” Seohyun mengucapkan terimakasihnya dengan tulus.

“Sama-sama bunga liar..” Aku pun tersenyum memandanginya. Tak lama setelah itu kami pun turun bukit dan pulang.

Teruslah mekar, bunga liarku…

-O-

TBC