The One I Love.. (Part XIII)
3
Mar
Author’s POV
Donghae dan Lee Hyukjae sedang dalam perjalanan pulang dari
Seoul ke pulau Jeju dengan kapal motor. Mereka baru pindah ke pulau Jeju.
Rencananya akan membangun sebuah usaha disana. Donghae dan Eunhyuk adalah
sahabat dekat sejak dulu.
“Hyukkie, apa kau mempunyai sesuatu untuk diminum? Tenggorokanku
kering sekali..” keluh Donghae.
“Ya! Jika kau ingin minum, mudah saja, lihat di sekelilingmu
air semua! Tinggal kau minum saja! Hahaha..” canda Eunhyuk.
“Aisssh kau ini..”
“Hae, lihat ada seorang gadis melompat!” Tunjuk Eunhyuk
tiba-tiba mendapati apa yang dilihatnya. Mata namja itu membulat seketika.
“Mwo?” Donghae ikutan melihat ke arah yang Eunhyuk tunjuk.
“Hyukkie, cepat kau pacu kapal ini ke arah gadis itu! Ppali!!” suruh Donghae.
Namja bernama Lee Hyukjae itu langsung mengarahkan kapal
mereka ke arah gadis itu.
JBURR!!
Tanpa pikir panjang Donghae membuka t-shirtnya lalu terjun
ke laut yang dalam itu. Ia berusaha menyelamatkan gadis itu.
“YA~! LEE DONGHAE! APA KAU GILA! YA~!” teriak temannya itu.
Namun Donghae tak menghiraukannya, ia terus berenang ke arah gadis itu.
Sementara Eunhyuk hanya bisa menatap Donghae dengan cemas, mengingat laut itu
sangat dalam dan juga ombaknya sedang besar, cukup berbahaya jika orang
berenang disana.
Setelah beberapa menit, Donghae akhirnya berhasil menangkap tubuh
gadis itu, ia berenang ke kapal dan Eunhyuk membantu Donghae menaikkan tubuh
gadis itu ke kapal.
“Hae, apa kau gila? Kau ingin mati?” kata Eunhyuk.
“Ani, sudah kewajiban kita menyelamatkannya..” kata Donghae
dengan nafasnya yang tersengal. Ia beralih menoleh ke gadis yang ia bawa.
“Seohyun?” Donghae terkejut melihat gadis yang ia tolong adalah orang yang
dikenalnya.
“Mwo? Kau kenal gadis ini?”
Donghae tak menjawab pertanyaan Eunhyuk. Dia berfokus pada
Seohyun yang tak sadarkan diri, ia mengecek denyut jantung Seohyun, ternyata
masih ada.
“Hyukkie, cepat kau arahkan kapal ini merapat kembali ke
pulau Jeju.” Kata Donghae.
“Baik..”
-O-
Kyuhyun’s POV
Seohyun menghilang? Astaga, apalagi ini?
Kupacu mobilku, kucari Seohyun kemana mana. Namun sudah seharian
aku mencarinya, aku tak menemukannya. Sekarang sudah jam sembilan malam, namun
aku masih belum menemukannya. Oh Tuhan, apa mungkin dia menghilang gara gara
aku?
Bwara mr. simple simple.. Ponselku bunyi.
“Yoboseyo..”
“Hyung, apa kau punya waktu?”
“Sebenarnya aku sedang bingung, ada apa?”
“Tadinya aku ingin mengajakmu ke rumahku. Ngomong ngomong
ada apa hyung? Sepertinya kau sedang ada masalah?”
“Ne, Jonghyun-ah, aku memang sedang dalam masalah. Baiklah
aku akan ke rumahmu sekarang, aku sedang penat.”
“Baiklah, kutunggu kau dirumah, hyung..”
Click.. sambungan terputus..
Kupacu mobilku ke rumah Jonghyun.
-O-
Author’s POV
Kyuhyun kini berada di rumah Jonghyun. Wajahnya terlihat
sangat suntuk.
“Jadi apa masalahmu hyung?” tanya Jonghyun. Kyuhyun menghela
nafas.
“Tunanganku hilang..” jawab Kyuhyun lesu.
“Mwo? Seohyun?”
“Ne..”
“Tapi mengapa? Mengapa dia bisa menghilang begitu? Setahuku
Seohyun bukan gadis seperti itu.”
“Entahlah, mungkin semua ini salahku..” senyum pahit Kyuhyun
terkembang di bibirnya.
“Aissh.. wae? Bukankah kau sangat mencintainya?” Jonghyun
makin heran.
“Sebelumnya aku dan Seohyun bertengkar. Aku kesal padanya,
dia tak mempercayaiku. Dia menyuruh orang untuk menguntitku kemana aku pergi
dan memotretnya. Lalu aku bilang aku ingin menunda pernikahan kami..” kenang
Kyuhyun.
“Mwo?” Jonghyun menatap hyungnya itu dengan heran. “Ya~!
Hyung! Bisa bisanya kau seperti itu, yeoja seperti Seohyun itu sulit didapat.
Dan juga mengapa kau begitu mempermasalahkan hal ini? Bukankah dia begitu
karena dia sangat mencintaimu?”
“Aku tahu, tapi menurutku kepercayaan adalah akar dari
sebuah hubungan. Aku benci diperlakukan seperti itu. Dan juga..” Kyuhyun tak
meneruskan kalimatnya.
“Apa ada yeoja lain dihatimu hyung?” selidik Jonghyun.
“Entahlah, apa ada yeoja lain dihatiku atau tidak, yang
jelas aku bingung dengan perasaanku sendiri.. Aku merasa aku mencintai Seohyun
seperti biasanya, namun entah mengapa rasa itu menjadi hambar setelah melihat
ia begitu posesif padaku.. Dan yeoja itu, sepertinya aku pun telah
melukainya..”
“Aigoo.. hyung, kau jangan mempermainkan perasaan wanita..”
“Aku juga tak ingin, tapi aku juga tak mengerti mengapa
semua seperti ini.” Kyuhyun menghela nafas. “Sekarang Seohyun hilang, aku
merasa sangat bersalah padanya. Kuharap tak terjadi apa-apa dan kuharap ia tak
melakukan hal bodoh..”
“Ya, semoga saja begitu..”
Tanpa sepengetahuan Kyuhyun dan Jonghyun, Yoona ternyata
mendengarkan percakapan mereka di balik dinding. Gadis itu tercekat dan menutup
mulutnya rapat-rapat mendengar bahwa Seohyun hilang..
-O-
Donghae’s POV
Aku sekarang berada di klinik milik adik Hyukkie di pulau
Jeju. Kubawa Seohyun yang tak sadarkan diri itu. Kami bingung harus membawa
Seohyun kemana, jadi kami putuskan untuk membawa Seohyun kesini. Sekarang aku
telah duduk di kursi di sebelah ranjang Seohyun. Gadis itu belum membuka
matanya. Jujur saja aku sangat khawatir, suhu tubuhnya dingin. Adik Eunhyuk
bilang Seohyun bisa diselamatkan, untung aku cepat menyelamatkannya, kalai
tidak, mungkin ia akan hilang nyawa betulan.
“Ayolah Seohyun, kumohon buka matamu..” gumamku sambil
menatap Seohyun.
“Hae, dia masih belum sadar juga?” Eunhyuk masuk dan
berjalan ke arahku. Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan.
“Aigoo, bersabarlah Hae-ya, mungkin sebentar lagi ia akan
sadar..”
“Ne, semoga saja begitu..” kutatap lagi Seohyun dengan
cemas.
Gadis ini, malang sekali..
“Hae-ya, sebenarnya siapa gadis ini?” tanya Eunhyuk padaku.
Aku menghela nafas.
“Namanya adalah Seohyun. Aku mengenalnya beberapa waktu lalu
saat aku melakukan pemotretan untuk model wedding dress..” jelasku.
“Oh begitu. Gadis ini nekat sekali. Sepertinya ia sangat
putus asa.”
“Entahlah, aku juga tak menyangka dia bisa nekat seperti
ini..”
“Kasihan sekali. Pasti ada masalah besar yang menyebabkannya
seperti ini..”
“Ya, pasti ada alasannya dia begini..”
“Ya sudah, kalau begitu aku akan menggantikanmu menjaga
gadis ini.. Hae, sebaiknya kita istirahat, biar aku yang menjaganya..”
“Ania, tak usah, aku masih ingin disini sampai ia siuman,
jika kau ingin istirahat, istirahat sajalah..”
“Tapi Hae, kau pasti lelah. Dari tadi kau hanya
memperhatikan gadis ini tanpa memperhatikan dirimu sendiri.”
“Tidak Hyuk, aku ingin disini..”
“Aigoo, sepertinya gadis ini penting sekali bagimu. Ya sudah
baiklah, aku tak akan memaksamu. Kalau begitu aku kembali ke apartemen dulu,
banyak yang harus ku urus..”
“Ne, hati hati..” kataku.
Kupandangi lagi Seohyun yang masih memejamkan matanya. Ia
terlihat sangat lemah dan tak berdaya. Apa sebenarnya yang membuatnya seperti
ini? Kuharap jika ia siuman nanti, ia akan mengurungkan niatnya untuk bunuh
diri lagi.
-O-
Yoona’s POV
Seohyun hilang?
Bagaimana jika ia hilang karena melihatku dengan Kyuhyun
waktu itu? Apa mungkin ia menyangka aku menggoda Kyuhyun? Aku bisa gila!
Padahal ia begitu baik padaku, mengapa aku malah seperti ini padanya? Aisshh
pabo!
Pikiran itu selalu menghantuiku. Aku tak bisa tidur, dari
tadi aku hanya mengubah-ubah posisi mencoba memejamkan mata, namun mataku ini
tak mau terlelap juga.
“Aissshh..” gerutuku.
Aku kemudian turun dari ranjang dan beranjak pergi. Daripada
aku tak bisa tidur, kuputuskan untuk keluar dari kamar. Kubuka pintu, dan aku
berdiri di balkon menatap sekeliling. Dinginnya angin menembus piyamaku tak
membuatku urung untuk menikmati suasana malam. Kuhela nafasku dalam-dalam.
Oppa, andai kau masih ada..
Lagi lagi pikiranku melayang jauh. Aku begitu merindukannya,
namjachinguku yang paling kucintai, Kim Kibum. Ia tetap tak akan terganti meski
Kyuhyun orangnya. Sejauh ini aku belum bisa merelakan kepergiannya. Sungguh aku
ingin sekali mengulang waktu dan menghentikannya saja disaat aku masih bersama
Kibum oppa. Mengapa takdir berkata lain?
“Kau bisa sakit jika berdiri hanya menggunakan piyama
disitu..” terdengar suara Jonghyun mengagetkanku. Kurasakan Jonghyun memakaikan
mantelnya di pundakku.
“Gomawo Jonghyun-ssi..” kataku.
“Sedang apa malam malam begini?” Jonghyun kemudian berdiri
di sebelahku.
“Aku tak bisa tidur..” jawabku.
“Ada sesuatu yang kau pikirkan?”
Aku menghela nafas..
“Ya, begitulah kira kira.” Kataku.
“Kau tak ingin menceritakannya padaku?”
“Ini sangat rumit. Jika ingin cerita, entah aku harus mulai
darimana..” kataku. Jonghyun hanya mengangguk angguk.
“Jonghyun-ssi, apa kau pernah merasa kehilangan yang sangat
besar dalam hidupmu?” perkataan itu terlontar begitu saja dari mulutku.
Jonghyun menatapku dan berpikir sebentar.
“Pernah. Saat aku kehilangan orang yang kucintai, ayahku..”
kenangnya. Aku menatapnya lekat lekat.
“Bagaimana rasanya?”
“Sedih, kesepian, sakit, entahlah, yang jelas seperti itu..”
jelasnya. “Apa kau sedang merasakannya?” tanyanya.
“Mungkin benar aku sedang merasakannya. Sejujurnya perasaan
itu sudah pudar, namun keadaan dari luarlah yang membuatku teringat lagi. Andai
saja ada yang mengerti, seseorang yang mengerti keadaanku.”
Jonghyun menatapku lekat-lekat.
“Kau membutuhkan sandaran dan orang yang mengobati lukamu..”
katanya.
“Kalau seseorang yang kau cintai, semacam perasaan terhadap
yeoja? Apa kau tak pernah merasakan kehilangan yeoja yang kau cintai?”
“Ani, aku belum pernah berpacaran..” jawabnya.
Eh? Jonghyun belum pernah berpacaran sebelumnya? Benarkah
itu? Apa dia berbohong?
“Wae?” ia tersenyum menatapku.
“Jinja? Kau belum pernah berpacaran?”
“Hmm..” ia menganggukkan kepalanya.
“Pasti kau bohong.. Mana mungkin namja sepertimu belum
pernah..” kataku.
“Jeongmalyo, aku belum pernah berpacaran. Pasti sebelumnya
kau berpikir aku pernah, atau bahkan mungkin mengira aku playboy, eo?
Sejujurnya aku ingin sekali berpacaran..”
“Ne, tentu saja, wajah sepertimu mana mungkin tidak pernah..
Kau begitu ingin memiliki kekasih?”
“Ne, sejujurnya saat ini aku sangat ingin memiliki seorang
kekasih.. Aigoo, wajahku yang tampan memang membuat orang salah paham..
hahaha..” tawa Jonghyun.
“Aisshh.. tapi kau benar, kau memang tampan dan keren.
Haha..”
Ups, aku keceplosan.. Im Yoona, apa yang kau biacarakan?
“Mwo?” tawa Jonghyun terhenti seketika.
“Ah ani, hahaha..” aku mendadak gugup. Jonghyun menatapku
lekat-lekat.
Semoga dia tak mendegar perkataanku tadi..
“Yoona-ssi, tadi kau bilang aku tampan dan keren kan?”
selidiknya.
“Ne, tadi aku tak sengaja bicara seperti itu..”
“Kalau begitu, maukah kau menjadi pacarku?”
“Eh?”
-O-
Author’s POV
“Kalau begitu, maukah kau menjadi pacarku?” kata Jonghyun
pada Yoona. Ia menatap gadis itu lekat lekat.
“Eh?” Yoona hanya terdiam mendengarnya.
Jonghyun memintaku jadi pacarnya? Apa aku tak salah dengar?
“Bukankah jika ada namja tampan yang keren, biasanya yeoja
mudah untuk jatuh cinta dan menjadikannya kekasih bukan?” kata Jonghyun
tersenyum pada Yoona.
“Lupakan saja, aku hanya bercanda..” Jonghyun memegang kedua
pundak Yoona. “Ayo tidur, hari sudah malam..” kata Jonghyun memegang tangan
Yoona dan mengajaknya masuk.
“Tunggu..” kata Yoona.
“Tidak ada salahnya jika semua itu dicoba kan?” kata Yoona.
Jonghyun sontak berbalik dan menoleh pada Yoona.
“Mwo?”
“Tidak ada salahnya jika semua dicoba. Aku.. aku ingin
mencoba menjalani hari sebagai kekasihmu..” kata Yoona menengadahkan wajahnya
pada Jonghyun dengan ekspresi yang tidak main main.
“Kau yakin?” Jonghyun kini menatap Yoona tak kalah
seriusnya.
“Ne, aku yakin..” Yoona menganggukkan kepalanya. Terlihat di
matanya ada kesungguhan.
“Baiklah, kalau begitu mulai sekarang kau adalah kekasihku..”
kata Jonghyun. Kini senyum terkembang di bibir keduanya. Jonghyun mendekat dan
memeluk Yoona dengan erat.
“Gomawo Yoona-ya.. Kau adalah yang pertama bagiku..”
Jonghyun mengecup puncak kepala Yoona.
“Cheonma Jonghyun-ah..”
Semoga dengan begini aku dapat melupakan Kyuhyun dan
membiarkannya bersama Seohyun..batin Yoona.
“Baiklah chagi, sekarang kau istirahat ya, aku tak ingin kau
kurang tidur..”
“Ne, kau juga yeobo..” kataku.
Jonghyun lalu mengacak rambutku dan tersenyum. Aku kemudian
pergi menuju kamarku, tak lupa kusunggingkan senyumku yang paling manis
untuknya. Ada kehangatan yang kurasa sekarang..
-O-
Jonghyun’s POV
Aku dan Yoona berpacaran! Ini hebat!
Aku jingkrak jingkrak sendiri saat kututup pintu kamarku dan
mengingat yang baru saja terjadi. Sejujurnya sejak awal melihatnya, aku sudah
menaruh hati padanya. Yoona adalah gadis yang baik, sejauh ini aku suka
dengannya yang sederhana. Ya bisa kalian bayangkan pergaulan di duniaku seperti
apa. Banyak sekali gadis gadis yang menggodaku, namun aku tak mau karena mereka
hanya cantik diluarnya saja. Bahkan mereka terkadang bisa memacari namja hanya
untuk mencari popularitas dan harta. Menyebalkan..
Yoona berbeda, ia terlihat bersahaja. Dan melihat latar
belakang keluarganya, aku sungguh kasihan padanya. Yeojaku yang malang.. dia
membutuhkan kasih sayang dan perhatian, sementara di dunia ini ia hanya hidup
sebatang kara. Mulai sekarang aku akan menjaganya dengan baik..
Sekarang lebih baik aku tidur. Aku jadi tak sabar menunggu
hari esok dan melihat apa yang akan terjadi antara aku dan Yoona..
-O-
Author’s POV
Perlahan Seohyun membuka kedua matanya. Dilihatnya
sekeliling, dia tak mengenali tempat itu. Sementara Lee Donghae, namja yang
setia menungguinya tertidur di sisi ranjangnya. Samar samar ia melihat Donghae
yang tertidur. Seohyun memegang kepalanya yang berat.
Dimana aku? Mengapa aku belum mati?
Beberapa saat kemudian Donghae mengerang tak nyaman lalu
bangun..
“Seohyun-ssi, kau sudah siuman?” seru Donghae melihat
Seohyun yang sudah bangun itu.
“Dimana aku?” tanya Seohyun.
“Kau tenanglah, sekarang kau ada di klinik milik temanku di
pulau Jeju..” kata Donghae.
“Pulau Jeju? Siapa yang membawaku kesini? Kau?” Seohyun
menatap Donghae dengan tajam.
“Ne, aku yang membawamu kesini..” raut wajah Donghae
seketika berubah melihat perlakuan Seohyun padanya.
“Mengapa kau tak membiarkanku mati saja? Mengapa kau harus
membawaku kesini?” bentak Seohyun. Mata Seohyun berkaca kaca, dan perlahan air
matanya kembali membasahi pipinya. Ia kembali teringat akan semua yang telah
dialaminya.
“Tenanglah Seohyun-ssi, jangan berkata seperti itu,
tenang..” kata Donghae.
“Aku ingin mati! Aku ingin mati! Mengapa kau mencegah
kemauanku? Mengapa?” tangis Seohyun pecah.
“Tenang Seohyun-ssi, kondisimu masih belum baik, jangan
begini..”
Seohyun kembali nekat, ia mencoba mencekik lehernya
sendiri.. Donghae lalu bangkit dan mencoba mencegah usaha Seohyun.
“Seohyun-ssi, apa yang kau lakukan? Seohyun-ssi, andwaeyo!
Kau jangan gila!” Donghae mencoba menahan tangan Seohyun. Namun Seohyun tak mau
mendengar.
“Hae, apa yang terjadi? Nona, kau jangan seperti itu..”
Eunhyuk yang datang pun langsung panik, menghampiri mereka dan membantu Donghae
mencegah perbuatan Seohyun.
“Hyuk, panggilkan adikmu Tiffany, ppali!” kata Donghae.
“Seohyun-ssi, jebal..” pinta Donghae.
Eunhyuk lalu memanggil adiknya, Tiffany yang merupakan
dokter di klinik itu. Karena Seohyun tak mau berhenti nekat, akhirnya Tiffany
memberinya obat penenang.
“Tiffany-ssi, bagaimana? Apa dia akan baik baik saja?” kata
Donghae setelah Tiffany menyuntikkan obat penenang dan Seohyun terlelap.
“Kondisinya sangat mengenaskan. Sepertinya kondisi psikisnya
terganggu. Dari situasinya, ia sepertinya mempunyai beban yang sangat besar..”
jelas Tiffany.
“Kasihan dia..” kata Eunhyuk. Donghae menatapi Seohyun
dengan prihatin.
“Lalu apa yang bisa kita perbuat untuknya?” tanya Donghae.
“Dia harus diberikan ketenangan dan kenyamanan agar
psikisnya yang terguncang mereda..”
“Aku mengerti..” kata Donghae. “Gomawo, Tiffany-ssi..”
lanjut Donghae.
“Cheonma oppa..”
-O-
Jonghyun’s POV
“Pagi chagi..” sapaku pada Yoona yang sedang menuangkan
kopi.
“Pagi oppa..” katanya. Ia tersenyum ke arahku.
“Hmm.. oppa?” aku mengernyitkan kening.
“Ne, aku memanggilmu oppa. Wae?”
“Ania, aku hanya merasa senang saja kau memanggilku seperti
itu..” kataku.
“Kau menyukainya?” tanyanya.
“Ne, tentu saja..” aku menyambar gelas kopi di tangannya
lalu meminumnya.
“Kopi yang nikmat..” kataku setelah meneguknya.
“Begitukah? Syukurlah..” katanya.
“Chagi, kau memang pandai membuat namja jatuh hati padamu.
Kau jangan terlalu baik pada namja lain, nanti mereka salah paham padamu..”
“Aigoo~ uri chagi mulai posesif, eo?” ia tertawa kecil
melihatku. “Baiklah, aku tidak akan bersikap terlalu baik pada namja lain, aku
janji..” katanya.
“Baiklah kalau begitu aku ke kantor dulu. Ada meeting dengan
sponsor kita. Kau baik baik ya disini..” kataku.
“Mwo? Kau tidak sarapan dulu?”
“Tidak chagi, kurasa aku sudah tak punya waktu untuk itu.
Aku berangkat..” aku berjalan meninggalkan Yoona.
“Tunggu oppa..” katanya. Ia kemudian berjalan kearahku dan
menyodorkan sebuah kotak bento padaku.
“Apa ini?” kataku melihatnya.
“Bekal makan siangmu. Aku takut kau sangat sibuk, makanya
membuatkannya agar kau tak lupa makan. Dimakan ya..” katanya dengan pipinya
yang memerah tersenyum malu-malu..
Omonaa, cantik sekali dia jika sudah begini. Dia juga sangat
perhatian padaku. Sepertinya tak salah aku memintanya menjadi pacarku.
“Gomawo chagiya..” aku mengambil kotak bento itu lalu
mengecup pipinya singkat. Dia menatapku, wajah Yoona terlihat makin memerah dan
tersenyum padaku. Astaga dia benar benar menyukaiku ternyata? Aku membalas
senyumnya sebelum akhirnya aku keluar menghampiri mobilku.
“Cepat pulang, hati-hati..” teriak Yoona sambil melambai di
teras rumahku saat aku mulai menjalankan mobilku. Aku membalasnya dengan
senyuman dan anggukkan kepalaku. Aku sangat bahagia..
-O-
Donghae’s POV
Seohyun akhirnya membuka matanya setelah disuntik obat
penenang tadi. Baru sebentar ia membuka mata, matanya sudah kembali penuh
dengan air mata yang siap jatuh membasahi pipinya. Gadis ini benar benar
mengenaskan. Ia mendudukkan badannya.
“Seohyun-ssi..”
“Biarkan aku sendiri..” katanya dingin.
“Sebenarnya ada apa?”
Seohyun hanya diam.
“Seohyun-ssi, jangan biarkan dirimu menderita seperti ini..
Kumohon..” Aku menariknya ke pelukanku. Yeoja itu hanya diam, air matanya
mengalir dengan deras.
“Menangislah..” bisikku.
Kami berdua berpelukan cukup lama. Suasana menjadi hening..
“Mianhae Donghae-ssi..” gumamnya setelah sekian lama
menangis di pelukanku.
“Gwenchana Seohyun-ssi..” kutepuk-tepuk pundak Seohyun. Ia
menarik diri dari pelukanku.
“Sudah jangan menangis lagi.” Kuhapus sisa sisa air matanya
dengan kedua tanganku. “Jika ada sesuatu, katakanlah padaku, aku siap
mendengarkanmu..” lanjutku. Seohyun menatapku pilu.
“Kau tahu sendiri kan masalahnya..” katanya lirih.
“Namjachingumu? Wae?”
“Seperti yang kau ketahui, gadis itu..”
“Oh dia?”
“Ne..”
Kuhela nafasku panjang..
“Seohyun-ssi, untuk apa kau mengorbankan hidupmu karena
mereka? Bukankah itu malah membuat mereka merasa menang?” kataku.
“Ya, kau benar juga..”
“Oleh karena itu, lebih baik kau kembali ke kehidupan
normalmu, jalani seperti biasa. Jangan seperti ini Seohyun-ssi, jangan
sia-siakan hidupmu. Baiklah, setelah kau sembuh benar, aku akan mengantarmu
kembali ke Seoul, eo? Sekarang kau makan dulu, dari kemarin kau belum makan..”
Seohyun terdiam. Sementara aku beralih mengambil semangkuk bubur yang
kusiapkan.
“Nah ayo buka mulutmu..” kataku menyuapkan bubur.
“Ani, andwae Donghae-ssi..” katanya tiba-tiba.
“Aissh kau harus makan..” kataku.
“Bukan itu, jangan bawa aku kembali ke Seoul..” katanya.
“Aku tidak ingin kembali ke Seoul. Kumohon jangan bawa aku kesana. Aku tak
ingin kembali ke keluargaku, aku tak ingin hidup menjadi Seo Joo Hyun.”
“Mwo? Lalu kau akan kemana? Apa yang akan kau lakukan.” aku
tercengang mendengar itu semua. Ia menatapku intens.
“Kumohon, bawa aku ke tempatmu, kemanapun kau pergi..”
-O-
TBC