Cho Kyuhyun

Cho Kyuhyun

Minggu, 24 Juni 2012

The One I Love.. (Part XVI)


Tag Archives: kyuhyun
The One I Love.. (Part XVI)
13
May

Donghae’s POV

Seohyun terlelap dalam pelukanku. Kupandang lagi wajahnya, kuusap sedikit sisa air mata yang ada di pelupuk matanya. Akhirnya ia tertidur juga.

Meski sekarang ia belum mau terbuka padaku, tapi memandang dua mata indahnya saja setiap hari bagiku sudah cukup, tanpa harus memaksa ia mengungkapkannya dengan kata kata, matanya selalu bicara. Sayang sekali, yang kulihat hanyalah kegetiran, kesedihan dan kegundahan. Ingin sekali rasanya menatap matanya yang berbinar seperti dulu, aku rindu tawanya, senyumnya yang bahkan membuatku nyaman hanya dengan melihatnya saja.

Aku jatuh cinta pada malaikat ini sejak pertama kali aku melihatnya. Dia adalah wanita tercantik yang pernah kutemui. Wanita yang sangat anggun dan elegan. Bahkan memikirkannya saja sudah membuatku melayang hingga ke planet pluto rasanya. Sayang, bidadariku tak tahu bagaimana caranya bahagia. Melihatnya seperti ini hatiku rasanya seperti disayat. Cho Kyuhyun, kau tega sekali. Ingin rasanya aku menghabisi namja yang membuat bidadariku terluka itu, namun apa daya, aku tak bisa melakukannya, karena Seohyun, mencintainya..

“Andai bukan Cho Kyuhyun, andai itu aku, Lee Donghae, mungkin kau takkan terluka Seohyun-ah… “ tanpa sadar aku bergumam dan mengecup puncak kepalanya.

“Hmm..” Seohyun nampak sedikit terusik dari  tidurnya.

Astaga apa dia mendengarnya?

Namun sesaat kemudian ia terlihat kembali lelap dalam tidurnya. Fiuhh selamat!

“Baiklah, waktunya tidur dengan nyaman Seohyun-ah..”

Kugendong Seohyun masuk ke kamarnya. Kubaringkan dengan hati hati agar ia tak terbangun. Seohyun nampak pulas. Tanpa sadar tanganku bergerak menuju pipinya, namun cepat cepat kuhentikan tangan nakalku ini.

“Good night Seohyun-ah..” bisikku sambil mematikan lampu dan keluar dari kamarnya.

-o-

Kyuhyun’s POV

Kuhela nafasku panjang. Kupijit pelipisku yang berdenyut hebat setelah semalaman lembur dan tak pulang ke rumah. Sudah beberapa bulan aku begini, menenggelamkan diriku dalam pekerjaan. Bahkan aku jarang pulang ke rumah demi pekerjaanku. Masa bodoh, totalitasku dalam pekerjaan sekarang menjadi prioritas.

Tak sengaja kulihat foto yang masih terpampang manis di figura. Foto yang membuatku seakan ingin menangis tiap kali melihatnya, miris.. itu adalah fotoku dengan Seohyun.

Harusnya aku sekarang sudah menikah dan mugkin berulan madu dengan Seohyun, gadis yang kucintai selama ini, mungkin..

Deg.. Deg.. Deg..

Degup jantungku tiba tiba kacau. Kupegangi dadaku.

“Im Yoon Ah..” gumamku pelan.

Dadaku rasanya sesak, sakit, lebih sakit dari apapun. Tanpa kusadari bulir air mata jatuh dari pelupuk mataku. Air bening ini, mungkinkah berbohong? Bukankah ukuran ketulusan seseorang adalah air mata? Seohyun atau Yoona? Perasaanku? Ataukah Kibum hyung?

Terlambat..

Aku kehilangan kedua duanya..

-O-

Beberapa hari kemudian..

Auhor’s POV

“Kibum hyung..” panggil Kyuhyun.

“Kyu..” Kibum hanya tersenyum lalu duduk di sebelah Kyuhyun dan mengusap kepala adiknya itu.

“Hyung..” mata Kyuhyun berkaca-kaca melihat sosok kakaknya itu.

“Aku senang sekali hyung, akhirnya aku bisa menemuimu, kau tampan hyung, bahkan lebih tampan dari foto yang Yoona perlihatkan padaku..” kata Kyuhyun berkaca-kaca.

“Benarkah? Mungkin pertama kali kau mengetahui wajahku yang dewasa adalah saat Yoona memperlihatkan fotoku padamu..” Kibum menghela nafas.

“Ne..” Kyuhyun mengangguk pelan.

“Sudah kama sekali sebenarnya aku ingin bercengkrama denganmu seperti ini, sayang takdir tak pernah berpihak padaku.. Bahkan aku mati sebelum bisa bericara denganmu seperti ini..” Kibum tersenyum pahit.

“Tapi tak apa, toh akhirnya kita bisa bertemu bukan? Kau tahu, dulu aku adalah stalker sejatimu..” lanjut Kibum.

“Mwo? Hyung stalkerku? Maksudnya?” mata Kyuhyun membulat.

“Hm..” Kibum mengangguk.

“Kau tahu, aku bahkan tahu setiap nilai ulangan yang kau peroleh di sekolah, yeoja yang kau sukai, dan semuanya..” lanjut Kibum.

“MWO?? Serius hyung?” Kyuhyun makin heran.

“Cinta pertamamu adalah Victoria kan, noona-noona sunbae waktu kau SMP dulu..” ejek Kibum.

“MWO?!! Hyung.. Darimana kau tahu? Aku bahkan tak mengungkapkan perasaanku pada Vic noona..” mata Kyuhyun bagai mau copot dari tempatnya.

“Hahaha sudahlah, sudah kubilang aku adalah stalker sejatimu, bahkan aku memahami perasaanmu. Prestasimu bagus Kyu, aku bangga..” Kibum menepuk pundak Kyuhyun.

“Terimakasih hyung. Tapi mengapa kau tak pernah datang padaku? Mengapa kau hanya jadi stalkerku? Mengapa hyung?”

“Ani, aku hanya merasa tidak pantas disebut sebagai kakakmu..”

“Aissh mengapa kau bicara begitu?”

“Aniya Kyu, aku memang tak pantas jadi kakakmu, kau adalah seorang Cho Kyuhyun, anak namja kebanggaan keluarga Cho, penerus perusahaan Cho, siswa teladan yang punya otak cemerlang dengan IQ diatas rata rata, kau pikir seorang Kim Kibum yang biasa ini pantas menjadi kakakmu? Aku hanya pegawai paruh waktu di sebuah perusahaan percetakan kecil di Seoul, daripada aku mempermalukan adikku sendiri, lebih baik aku tak mendekatimu..”

“Hyung apa yang kau katakan? Kau adalah anak keluarga Cho, sama seperti diriku, aku bukan apa apa hyung, kau bahkan mengganti margamu menjadi Kim, kau meninggalkanku bersama ayah dan ibu tiri, kukira dulu kita akan selalu bersama, kau jahat hyung!”

“Aku ingin mencari kalian, tapi apa daya dulu aku hanyalah seorang anak kecil yang tak tahu apa-apa, setelah dewasa selama ini aku mencarimu dan ibu, aku akhirnya berhasil menemukanmu, namun setelah kau mengorbankan dirimu hanya demi menyelamatkanku, kau pikir aku berharap pertemuan yang seperti ini? Kau pikir begitu? Ini sungguh bukan pertemuan yang kuinginkan sama sekali hyung!!” Kyuhyun sengit. Matanya kembali berkaca-kaca.

“Kyu..” Kibum kehilangan kata katanya.

“Sekarang apa? Kudengar ibu juga sudah meninggal beberapa tahun lalu, kau jahat hyung, mengapa kau tak memberi tahuku, aku kan anaknya juga hyung.. Apakah kau sudah tak menganggapku saudara kandungmu hyung?” Air mata Kyuhyun menetes.

“Bukan begitu Kyu, aku hanya bingung, aku takut kau..”

“Sudahlah hyung..” Kyuhyun mengusap air matanya sendiri.

“Dan yang paling aku tak mengerti darimu adalah mengapa kau mengorbankan dirimu demi aku? Demi adikmu yang bahkan tak mengenalimu, yang baru tahu wajahmu kini saat orang lain memberitahukannya padaku? Mengapa hyung?”

“Lebih dari itu.. Mengapa kau juga memberikan separuh dari hidupmu, Im Yoona padaku..” Lagi lagi butiran air mata menetes dari mata Kyuhyun.

Kibum menghela nafas, “Jawabannya adalah karena aku menyayangimu.. Dan kau tahu mengapa aku memberikan jantungku untukmu? Karena aku percaya kau akan menolongku..” Kibum menatap langit yang luas itu. Sementara Kyuhyun hanya terpaku menatap Kibum tanpa bisa mengatakan apapun. Hanya air matanya yang mengalir yang bicara.

“Kau yang lebih pantas hidup. Kau tahu Kyu, saat aku divonis menderita leukimia, aku khawatir tentang Yoona. Tapi begitu aku mendengarmu sakit jantung dan butuh donor jantung, aku jadi memahami bagaimana seharusnya caraku untuk menjaganya. Dengan jantungku di tubuhmu, kita berdua akan menyatu, dan menjaga Yoona. Namun sepertinya aku terlalu egois ya. Kau punya Seohyun..”

“Tapi kau boleh percaya padaku, Yoona adalah gadis luar biasa, aku ingin melihatnya bersamamu, menurutku dia adalah gadis yang tepat untukmu, gadis yang selalu mencintai dengan tulus. Apa kau tak merasakannya Kyu?”

“Kumohon Kyu, dapatkanlah dia kembali, aku sungguh ingin melihat kalian bersama..” Kibum berdiri kemudian berlutut di hadapan Kyuhyun.

“Hyung..” Kyuhyun hanya bisa membatu, ia kehilangan kata-kata melihat kakaknya berlutut didepannya.

“Kumohon Kyu..”

“H-hyung apa yang kau lakukan? Bangunlah..”

“Maafkan aku Kyu, maafkan aku yang egois memanfaatkan kelemahanmu untuk mencapai maksudku melindungi Yoona, tapi kumohon bantu aku Kyu..”

“Hyung berdirilah..”

“Kumohon Kyu, kau juga mencintainya kan? Kumohon cintai, jaga dan sayangi dia sepenuh hatimu, Kyu..”

“Hyung ayolah jangan begini..”

“Tidak Kyu, aku tak akan berdiri sebelum kau berjanji padaku kau tak akan pernah melepaskan Yoona seumur hidupmu, maaf Kyu aku memaksamu, aku bukanlah hyung yang baik, jika kita bertemu di kehidupan selanjutnya, aku janji aku akan membalas budi, kumohon..”

“Sadarilah Kyu, kau mencintai Yoona bukan karena kau memakai jantungku, tapi karena kau benar mencintainya…”

“Hyung!!”

-O-

“Hyung!!!” teriak Kyuhyun.

“Oppa, kau baik baik saja?” Sulli terlihat cemas melihat oppanya yang baru siuman itu.

“Argghhh kepalaku..” Kyuhyun memegangi kepalanya yang terasa berdenyut dengan hebat.

“Oppa, jangan terlalu banyak bergerak dulu..” Sulli lalu membantu Kyuhyun membaringkan tubuhnya lagi.

“Dimana aku?”

“Kau di rumah sakit, oppa.. Sudah tiga hari kau pingsan, kata dokter kau kelelahan dan kurang tidur, kau sih terlalu fokus pada pekerjaanmu, kudengar bahkan kau jarang pulang ke apartemen, apalagi rumah..” cibir Sulli.

“Ingat oppa, walau bagaimanapun kondisimu masih rentan pasca operasi jantung itu, kau harus tetap menjaga kesehatanmu, jangan sembarangan, susah ya punya kakak sepertimu..” omel Sulli.

“Aigoo masih mau mengoceh kau Cho Sulli? Bicaramu sudah seperti nenek nenek saja..” ejek Kyuhyun. Ia kemudian mendudukan dirinya di ranjang.

“Ya~! Disaat seperti ini kau masih saja sempat sempatnya bercanda! Aishh..” Sulli menggembungkan pipinya.

“Hahaha iya iya. Sepertinya yeodongsaengku khawatir sekali padaku, aigoo imutnya..” Kyuhyun mencubit hidung Sulli.

“Aissh..”

“Sini sini oppa peluk, kau pasti rindu padaku..” Kyuhyun melebarkan kedua tangannya mengisyaratkan agar Sulli memeluknya.

“Tidak mau..” Sulli mengerucutkan bibirnya.

“Hey, benar kau tak mau dipeluk oleh oppamu yang paling tampan seantero Korea ini? Nanti kau menyesal..”

“Omonaa oppa apa kepalamu terbentur sesuatu? Aisshh..” ledek Sulli.

Kyuhyun lalu tiba tiba menarik tubuh Sulli ke pelukannya.

“Ya~! Apa apaan kau?” gerutu Sulli.

“Saranghaeyo nae yeodongsaeng, oppa akan menjagamu..”

Kyuhyun mengusap sayang rambut adiknya itu lalu mengecup dahinya. Sementara Sulli yang bingung ada apa dengan oppanya itu hanya bisa tersenyum memandangi Kyuhyun. Baru kali ini oppa tirinya itu bersikap sehangat ini padanya.

Tuhan, terimakasih aku masih diperbolehkan untuk hidup..Mulai sekarang aku tidak akan menyia nyiakan waktuku walau hanya sedetik..

-O-

Beberapa hari kemudian..

Donghae’s POV

“Seohyun-ah!” Panggilku saat ia berjalan hendak memasuki cafeku. Gadis itu hanya membalasku dengan senyuman.

Dengan cepat aku menghampirinya. “Seohyun-ah, hari ini tidak usah kerja ya..”

“Eh? Wae?”

“Hari ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.. Kajja!” Kutarik lengan Seohyun tanpa menunggu jawaban darinya.

“Eh tapi..”

“Sudah ikut saja, ini perintah!” kataku sambil terus membawanya, akhirnya ia pun pasrah saja mengikuti langkahku. Mungkin aku egois, menggunakan wewenangku sebagai bos untuk membawanya pergi seperti ini. Tapi biar saja, toh aku bukan mengajaknya melakukan yang tidak tidak.

Kubawa ia ke suatu tempat, memang agak jauh dari lokasi cafe kami, namun kurasa tak masalah jika kesana berjalan kaki. Akhirnya setelah berjalan beberapa lama, kami sampai..

“Eotte?” kataku sesaat setelah kami sampai disana.

Seohyun nampak terkagum melihat sekeiling. Tempat itu adalah sebuah air terjun dengan taman bunga di sekitarnya. Sebenarnya ini adalah tempat rahasiaku, tempat ini belum ramai dikunjungi wisatawan. Sangat indah! Air terjun yang menjulang tinggi menciptakan gemercik air, ditambah beraneka ragam bunga warna warni di sekitarnya membuat siapa saja yang menatapnya terpukau. Kicauan burung dan udara segar dari alam yang masih asri itu, ditambah dengan sinar matahari membuat air terjun itu tampak berkilauan membuai siapa saja yang ada disana.

“Kajja..” aku genggam tangan Seohyun dan membawanya ke sebuah tempat di tepi sungai yang indah itu rumah pohon. Sudah kubilang ini adalah tempat rahasiaku, aku kesini saat aku bosan atau saat sedang ingin sendirian tanpa diganggu siapapun bahkan Hyukjae. Kubangun rumah pohon yang nyaman untuk aku menghabiskan waktu sendirian.

Kubantu Seohyun menaiki rumah pohonku, akhirnya kami sampai.

“Kau suka?” tanyaku.

“Ne..” Seohyun mengangguk dan tersenyum, matanya yang indah kembali berbinar. Akhirnya kulihat lagi sinar matanya yang seperti ini setelah sekian lama ia bersedih. Aku pun membalas senyuman manisnya, ya Tuhan wanita ini membuatku seakan melayang hanya dengan melihat senyumnya saja.

“Nah tunggu sebentar, kau duduk disini..” kataku.

“Hae-ssi mau kemana?” tanya Seohyun.

“Tunggu saja..” teriakku saat aku berhasil menuruni tangga dari rumah pohonku. Seohyun tak menjawab, ia hanya menengok dari jendela bolong rumah pohon yang kubuat.

Beberapa lama kemudian aku kembali dengan makanan ditanganku. Sebenarnya aku lupa mengambilnya tadi, pabo hae!

“Seo-ya, cepat turun, ayo kita makan!” kataku dengan riang saat aku berhasil memanjat rumah pohonku lagi.

“Ah hae-ssi kau lama sekali. Mwo? Makan?”

“Ne, ini sudah siang, kau pasti lapar. Ayo..” ajakku.

Aku pun membantu Seohyun turun dari rumah pohon dan kami berjalan menuju tempat yang sudah kusiapkan, aku menggelar tikar dan membawa keranjang makanan.

“Wah jadi kau sudah menyiapkan ini semua?” kata Seohyun.

Aku mengangguk. “Ne, duduklah..” kataku sambil menyuruhnya duduk di tikar yang kusiapkan.

Kami pun lalu menyantap makanan yang kusiapkan sebelumnya sambil menikmati indahnya alam disana. Sepertinya Seohyun benar benar menyukai tempat ini.

“Kau menyukai tempat ini?” tanyaku pada Seohyun setelah kami selesai makan.

“Ya, aku menyukainya..” katanya  tersenyum padaku. “Gomawo Hae-ssi.”

“Cheonmaneyo..” kataku ikut tersenyum. “Bunga bunga disini bagus, kau tak ingin memetiknya? Lihatlah pemandangan sekitar sini, sangat indah..” kataku.

“Ne, aku ingin tapi aku takut tersesat..” jawab Seohyun.

“Hahaha tentu aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian dan tersesat. Ayo..” Kuraih tangan Seohyun yang masih duduk itu lalu membawanya berdiri dan berjalan ke taman bunga bunga dekat situ.

Bunga disana berwarna warni, cantik sekali. Seohyun melihat lihat dengan antusias. Ya setidaknya ini adalah sedikit hiburan untuknya.

“Apa kubilang, cantik bukan?” kataku pada Seohyun yang asik memetik beberapa bunga.

“Iya kau benar.” Katanya dengan raut wajah gembiranya. Aku kemudian berjalan ke salah satu sisi dari kumpulan bunga bunga itu, kupetik beberapa tangkai bunga warna warni, lalu kemudian aku kembali menghampiri Seohyun. Kuberikan hasil petikanku tadi padanya.

“Wah cantik sekali, ini untukku?”

“Ne..” senyumku. Seohyun lalu membalas senyumku.

“Kau lihat, bunga bunga disini liar bukan? Namun keindahannya tidak kalah dengan bunga bunga mahal yang ada di toko, begitu juga denganmu, meski kau tidak terlalu dilihat seperti bunga liar ini, kau tak akan kalah cantik dan indah dengan bunga bunga yang lain..” kataku. Seohyun berhenti sejenak dari memetik bunga, ia lalu menatapku.

“Kau mengerti maksudku bukan, nona cantik? Bunga saja bisa, kenapa kau tidak?” lanjutku. Seohyun masih menatapku.

“Untuk itu, raihlah kebahagiaanmu sendiri, seperti bunga bunga liar ini, meski tak terjamah, tak ada yang merawat, mereka tetap tumbuh, bertahan, dan indah. Dirimu.. harus bisa seperti itu.. Maaf jika aku lancang..” Kutaruh kedua tanganku di pundaknya. Kutatap matanya dalam dalam, ia pun menatapku. Beberapa saat kami bertatapan.

“Ne..” akhirnya kata itu terucap dari bibirnya yang indah, sebuah kata yang kusangka keluar dari mulutnya. Ia sekarang malah tersenyum padaku, sungguh bukan reaksi yang biasanya. Aku sungguh terpesona melihat senyumnya yang tulus itu.

“Kau…” tanpa sadar kedua tanganku kuletakkan di kedua pipi Seohyun.

“Kau sangat cantik..” kataku sambil terus memandangi wajahnya yang tersenyum tanpa ingin melewatkan pemandangan yang sangat indah dihadapanku ini. Bahkan indahnya bunga bunga di sekitar kami rasanya kalah cantik begitu aku melihat senyumnya.

Kuambil setangkai bunga berwarna merah dari gendongannya, lalu kusematkan di telinganya.

“Cantik.. tetaplah seperti ini, bunga liarku..” gumamku. Seohyun lagi lagi hanya bisa tersenyum, namun kali ini matanya berkaca-kaca. Pasti bahagia, kuharap matanya berkaca kaca karena bahagia..

“Ayo, kita kembali ke tempat tadi..” kataku sambil menggandeng tangannya.

“Ne, kajja..” katanya.

Beberapa saat kemudian kami sampai ke tikar yang tadi dan Seohyun membawa setumpukan bunga hasil dipetiknya tadi.

“Apa kau lelah? Hoaaamm rasanya aku ingin berbaring sebentar..” kubaringkan badanku di tikar yang lumayan lebar itu.

“Kau tidur saja, aku tidak apa apa..” kata Seohyun.

“Benarkah? Tapi nanti bangunkan aku ya, karena kita harus pergi sebelum hari mulai gelap..” kataku.

“Ne..” jawabnya.



Beberapa jam kemudian..

Kubuka mataku perlahan, kugeliatkan badanku. Ah enak sekali rasanya setelah tidur tadi. Namun begitu kulihat sekeliling, aku tak menemukan Seohyun. Kemana dia? Buru buru aku bangun dan bergegas mencarinya.

“Seohyun-ah?” panggilku saat aku menghampiri rumah pohon dan naik masuk mencarinya ke berbagai sudut ruangan. Namun Seohyun tidak ada. Aku panik bukan main, hingga terjadi apa apa padanya, aku tak akan memaafkan diriku sendiri.

“Seohyun-ah? Seohyun-ah?” Panggilku, namun tak ada jawaban.

Hingga aku tiba di pinggir sungai..

“Seohyun-ah..” kulihat Seohyun sedang asik mencemplungkan kakinya ke sungai dengan bunga di tangannya. Sepertinya ia sedang membuat sesuatu dengan bunga bunga itu.

“Hae-ssi..” Gadis itu tersenyum padaku. Fiuuhh hampir saja aku mati jantungan karena ia hilang. Syukurlah dia ada dan baik baik saja.

Aku pun lalu tersenyum dam menghampirinya.

“Seohyun-ah, kau sedang apa? Aku mencarimu kemana-mana..” kataku.

“Ani, dari tadi aku disini.. Ini, aku membuat ini..” kata Seohyun sambil memperlihatkan pekerjaannya. Ternyata ia membuat untaian dari bunga bunga, cantik sekali. Ia lalu mengambil sesuatu.

“Ini.. untukmu..” kata Seohyun sambil menaruh sesuatu di kepalaku.

“Eh? Apa ini?” kataku sambil memegangi benda yang baru saja ia taruh di kepalaku.

“Itu mahkota..” katanya.

“Mwo? Mahkota?”

“Ne.. anggap saja kau adalah pangeran dari negeri dongeng.. hahaha” katanya tertawa kecil.

“Ah ne, dan kau putrinya bukan?” godaku.

“Ne.. Putri bunga liar..” senyumnya.

“Ah ini milikku sudah jadi..” Kata Seohyun.

“Sini biar kupasangkan..” kataku meraih mahkota yang terbuat dari untaian bunga itu dari tangannya lalu memasangkannya di kepalanya.

“Cantik..” kataku tersenyum padanya.

“Gomawo. Bunga liar ini kelak akan lebih cantik daripada bunga di toko sana..” katanya tersenyum.

“Ne, itu lebih baik. Ngomong-ngomong kenapa kau menyebutku pangeran dari negeri dongeng?”

“Karena kau membuatku merasa seperti disulap bagaikan cerita cerita dalam dongeng, ah mungkin kau lebih pantas jadi ibu peri, namun karena kulihat kau sepertinya tak cocok jadi ibu peri, jadi aku putuskan memberimu julukan pangeran negeri dongeng saja..”

“Hahaha memangnya kenapa aku tak cocok jadi ibu peri, hey aku terlalu tampan bukan?” godaku.

“Tidak..” kata Seohyun sambil memercikan sedikit air dari sungai padaku.

“Aigoo, ya! Awas kau ya hahaha..” Kubalas memercikan air.

Kami berdua lalu tertawa-tawa dan saling membalas perang air.

Tess.. Tes..

Tiba-tiba kurasakan air yang lain membasahi tanganku.

“Mwo? Hujan?” kataku sambil menatap langit.

“Ayo cepat kita berteduh..”

Kami pun buru buru melarikan diri ke rumah pohon.

Hujan turun dengan lumayan deras.

Ada apa ini, tadi cuaca cerah cerah saja, sekarang malah hujan, ah sungguh tidak tepat..  Gerutuku dalam hati. Setelah kira kira satu jam pun hujan berhenti, dan anehnya panas lagi..

“Wah lihat hujannya sudah berhenti..” kata Seohyun.

“Ah ne, syukurlah..” kataku.

“Kurasa hari sudah lumayan sore, ayo kita pulang..” ajak Seohyun.

“Baiklah ayo..”

Kami berdua pun turun dari rumah pohon. Namun rasanya aku belum mau pulang, hey kata orang bukankah habis hujan akan ada pelangi? Aku punya ide!

“Seo-ya, ayo kita ke tempat bunga-bunga tadi..”

Aku pun membawa Seohyun ke tempat bunga bunga tadi yang terletak diatas bukit itu. Dan akhirnya..

“Lihatlah..”

Pelangi yang indah muncul di langit dengan jelas, pancaran warnanya yang cantik terlihat dengan jelas di atas bukit. Indah sekali. Kami berdua terkagum kagum menatapnya.

“Wah cantik sekali..” kata Seohyun.

Ditambah sekeliling kami adalah bunga bunga yang cantik dan rumput yang basah sisa hujan tadi menyebabkan aroma yang khas. Sempurna sekali.. Kami berdua menikmati pemandangan yang luar biasa cantik itu.

“Donghae-ya..” tiba-tiba Seohyun memanggilku, ia menatapku dalam.

Apa katanya tadi? Donghae-ya? Apakah aku tak salah dengar? Dia tak lagi memanggilku secara formal! Astaga ini sebuah kemajuan!

“Ne?” jawabku.

“Terima kasih.. Pangeran negeri dongeng..” Seohyun mengucapkan terimakasihnya dengan tulus.

“Sama-sama bunga liar..” Aku pun tersenyum memandanginya. Tak lama setelah itu kami pun turun bukit dan pulang.

Teruslah mekar, bunga liarku…

-O-

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar