Cho Kyuhyun

Cho Kyuhyun

Minggu, 24 Juni 2012

The One I Love.. (Part XIII)


The One I Love.. (Part XIII)
3
Mar

Author’s POV

Donghae dan Lee Hyukjae sedang dalam perjalanan pulang dari Seoul ke pulau Jeju dengan kapal motor. Mereka baru pindah ke pulau Jeju. Rencananya akan membangun sebuah usaha disana. Donghae dan Eunhyuk adalah sahabat dekat sejak dulu.

“Hyukkie, apa kau mempunyai sesuatu untuk diminum? Tenggorokanku kering sekali..” keluh Donghae.

“Ya! Jika kau ingin minum, mudah saja, lihat di sekelilingmu air semua! Tinggal kau minum saja! Hahaha..” canda Eunhyuk.

“Aisssh kau ini..”

“Hae, lihat ada seorang gadis melompat!” Tunjuk Eunhyuk tiba-tiba mendapati apa yang dilihatnya. Mata namja itu membulat seketika.

“Mwo?” Donghae ikutan melihat ke arah yang Eunhyuk tunjuk. “Hyukkie, cepat kau pacu kapal ini ke arah gadis itu! Ppali!!” suruh Donghae.

Namja bernama Lee Hyukjae itu langsung mengarahkan kapal mereka ke arah gadis itu.

JBURR!!

Tanpa pikir panjang Donghae membuka t-shirtnya lalu terjun ke laut yang dalam itu. Ia berusaha menyelamatkan gadis itu.

“YA~! LEE DONGHAE! APA KAU GILA! YA~!” teriak temannya itu. Namun Donghae tak menghiraukannya, ia terus berenang ke arah gadis itu. Sementara Eunhyuk hanya bisa menatap Donghae dengan cemas, mengingat laut itu sangat dalam dan juga ombaknya sedang besar, cukup berbahaya jika orang berenang disana.

Setelah beberapa menit, Donghae akhirnya berhasil menangkap tubuh gadis itu, ia berenang ke kapal dan Eunhyuk membantu Donghae menaikkan tubuh gadis itu ke kapal.

“Hae, apa kau gila? Kau ingin mati?” kata Eunhyuk.

“Ani, sudah kewajiban kita menyelamatkannya..” kata Donghae dengan nafasnya yang tersengal. Ia beralih menoleh ke gadis yang ia bawa. “Seohyun?” Donghae terkejut melihat gadis yang ia tolong adalah orang yang dikenalnya.

“Mwo? Kau kenal gadis ini?”

Donghae tak menjawab pertanyaan Eunhyuk. Dia berfokus pada Seohyun yang tak sadarkan diri, ia mengecek denyut jantung Seohyun, ternyata masih ada.

“Hyukkie, cepat kau arahkan kapal ini merapat kembali ke pulau Jeju.” Kata Donghae.

“Baik..”

-O-

Kyuhyun’s POV

Seohyun menghilang? Astaga, apalagi ini?

Kupacu mobilku, kucari Seohyun kemana mana. Namun sudah seharian aku mencarinya, aku tak menemukannya. Sekarang sudah jam sembilan malam, namun aku masih belum menemukannya. Oh Tuhan, apa mungkin dia menghilang gara gara aku?

Bwara mr. simple simple.. Ponselku bunyi.

“Yoboseyo..”

“Hyung, apa kau punya waktu?”

“Sebenarnya aku sedang bingung, ada apa?”

“Tadinya aku ingin mengajakmu ke rumahku. Ngomong ngomong ada apa hyung? Sepertinya kau sedang ada masalah?”

“Ne, Jonghyun-ah, aku memang sedang dalam masalah. Baiklah aku akan ke rumahmu sekarang, aku sedang penat.”

“Baiklah, kutunggu kau dirumah, hyung..”

Click.. sambungan terputus..

Kupacu mobilku ke rumah Jonghyun.

-O-

Author’s POV

Kyuhyun kini berada di rumah Jonghyun. Wajahnya terlihat sangat suntuk.

“Jadi apa masalahmu hyung?” tanya Jonghyun. Kyuhyun menghela nafas.

“Tunanganku hilang..” jawab Kyuhyun lesu.

“Mwo? Seohyun?”

“Ne..”

“Tapi mengapa? Mengapa dia bisa menghilang begitu? Setahuku Seohyun bukan gadis seperti itu.”

“Entahlah, mungkin semua ini salahku..” senyum pahit Kyuhyun terkembang di bibirnya.

“Aissh.. wae? Bukankah kau sangat mencintainya?” Jonghyun makin heran.

“Sebelumnya aku dan Seohyun bertengkar. Aku kesal padanya, dia tak mempercayaiku. Dia menyuruh orang untuk menguntitku kemana aku pergi dan memotretnya. Lalu aku bilang aku ingin menunda pernikahan kami..” kenang Kyuhyun.

“Mwo?” Jonghyun menatap hyungnya itu dengan heran. “Ya~! Hyung! Bisa bisanya kau seperti itu, yeoja seperti Seohyun itu sulit didapat. Dan juga mengapa kau begitu mempermasalahkan hal ini? Bukankah dia begitu karena dia sangat mencintaimu?”

“Aku tahu, tapi menurutku kepercayaan adalah akar dari sebuah hubungan. Aku benci diperlakukan seperti itu. Dan juga..” Kyuhyun tak meneruskan kalimatnya.

“Apa ada yeoja lain dihatimu hyung?” selidik Jonghyun.

“Entahlah, apa ada yeoja lain dihatiku atau tidak, yang jelas aku bingung dengan perasaanku sendiri.. Aku merasa aku mencintai Seohyun seperti biasanya, namun entah mengapa rasa itu menjadi hambar setelah melihat ia begitu posesif padaku.. Dan yeoja itu, sepertinya aku pun telah melukainya..”

“Aigoo.. hyung, kau jangan mempermainkan perasaan wanita..”

“Aku juga tak ingin, tapi aku juga tak mengerti mengapa semua seperti ini.” Kyuhyun menghela nafas. “Sekarang Seohyun hilang, aku merasa sangat bersalah padanya. Kuharap tak terjadi apa-apa dan kuharap ia tak melakukan hal bodoh..”

“Ya, semoga saja begitu..”

Tanpa sepengetahuan Kyuhyun dan Jonghyun, Yoona ternyata mendengarkan percakapan mereka di balik dinding. Gadis itu tercekat dan menutup mulutnya rapat-rapat mendengar bahwa Seohyun hilang..

-O-

Donghae’s POV

Aku sekarang berada di klinik milik adik Hyukkie di pulau Jeju. Kubawa Seohyun yang tak sadarkan diri itu. Kami bingung harus membawa Seohyun kemana, jadi kami putuskan untuk membawa Seohyun kesini. Sekarang aku telah duduk di kursi di sebelah ranjang Seohyun. Gadis itu belum membuka matanya. Jujur saja aku sangat khawatir, suhu tubuhnya dingin. Adik Eunhyuk bilang Seohyun bisa diselamatkan, untung aku cepat menyelamatkannya, kalai tidak, mungkin ia akan hilang nyawa betulan.

“Ayolah Seohyun, kumohon buka matamu..” gumamku sambil menatap Seohyun.

“Hae, dia masih belum sadar juga?” Eunhyuk masuk dan berjalan ke arahku. Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan.

“Aigoo, bersabarlah Hae-ya, mungkin sebentar lagi ia akan sadar..”

“Ne, semoga saja begitu..” kutatap lagi Seohyun dengan cemas.

Gadis ini, malang sekali..

“Hae-ya, sebenarnya siapa gadis ini?” tanya Eunhyuk padaku. Aku menghela nafas.

“Namanya adalah Seohyun. Aku mengenalnya beberapa waktu lalu saat aku melakukan pemotretan untuk model wedding dress..” jelasku.

“Oh begitu. Gadis ini nekat sekali. Sepertinya ia sangat putus asa.”

“Entahlah, aku juga tak menyangka dia bisa nekat seperti ini..”

“Kasihan sekali. Pasti ada masalah besar yang menyebabkannya seperti ini..”

“Ya, pasti ada alasannya dia begini..”

“Ya sudah, kalau begitu aku akan menggantikanmu menjaga gadis ini.. Hae, sebaiknya kita istirahat, biar aku yang menjaganya..”

“Ania, tak usah, aku masih ingin disini sampai ia siuman, jika kau ingin istirahat, istirahat sajalah..”

“Tapi Hae, kau pasti lelah. Dari tadi kau hanya memperhatikan gadis ini tanpa memperhatikan dirimu sendiri.”

“Tidak Hyuk, aku ingin disini..”

“Aigoo, sepertinya gadis ini penting sekali bagimu. Ya sudah baiklah, aku tak akan memaksamu. Kalau begitu aku kembali ke apartemen dulu, banyak yang harus ku urus..”

“Ne, hati hati..” kataku.

Kupandangi lagi Seohyun yang masih memejamkan matanya. Ia terlihat sangat lemah dan tak berdaya. Apa sebenarnya yang membuatnya seperti ini? Kuharap jika ia siuman nanti, ia akan mengurungkan niatnya untuk bunuh diri lagi.

-O-

Yoona’s POV

Seohyun hilang?

Bagaimana jika ia hilang karena melihatku dengan Kyuhyun waktu itu? Apa mungkin ia menyangka aku menggoda Kyuhyun? Aku bisa gila! Padahal ia begitu baik padaku, mengapa aku malah seperti ini padanya? Aisshh pabo!  

Pikiran itu selalu menghantuiku. Aku tak bisa tidur, dari tadi aku hanya mengubah-ubah posisi mencoba memejamkan mata, namun mataku ini tak mau terlelap juga.

“Aissshh..” gerutuku.

Aku kemudian turun dari ranjang dan beranjak pergi. Daripada aku tak bisa tidur, kuputuskan untuk keluar dari kamar. Kubuka pintu, dan aku berdiri di balkon menatap sekeliling. Dinginnya angin menembus piyamaku tak membuatku urung untuk menikmati suasana malam. Kuhela nafasku dalam-dalam.

Oppa, andai kau masih ada..

Lagi lagi pikiranku melayang jauh. Aku begitu merindukannya, namjachinguku yang paling kucintai, Kim Kibum. Ia tetap tak akan terganti meski Kyuhyun orangnya. Sejauh ini aku belum bisa merelakan kepergiannya. Sungguh aku ingin sekali mengulang waktu dan menghentikannya saja disaat aku masih bersama Kibum oppa. Mengapa takdir berkata lain?

“Kau bisa sakit jika berdiri hanya menggunakan piyama disitu..” terdengar suara Jonghyun mengagetkanku. Kurasakan Jonghyun memakaikan mantelnya di pundakku.

“Gomawo Jonghyun-ssi..” kataku.

“Sedang apa malam malam begini?” Jonghyun kemudian berdiri di sebelahku.

“Aku tak bisa tidur..” jawabku.

“Ada sesuatu yang kau pikirkan?”

Aku menghela nafas..

“Ya, begitulah kira kira.” Kataku.

“Kau tak ingin menceritakannya padaku?”

“Ini sangat rumit. Jika ingin cerita, entah aku harus mulai darimana..” kataku. Jonghyun hanya mengangguk angguk.

“Jonghyun-ssi, apa kau pernah merasa kehilangan yang sangat besar dalam hidupmu?” perkataan itu terlontar begitu saja dari mulutku. Jonghyun menatapku dan berpikir sebentar.

“Pernah. Saat aku kehilangan orang yang kucintai, ayahku..” kenangnya. Aku menatapnya lekat lekat.

“Bagaimana rasanya?”

“Sedih, kesepian, sakit, entahlah, yang jelas seperti itu..” jelasnya. “Apa kau sedang merasakannya?” tanyanya.

“Mungkin benar aku sedang merasakannya. Sejujurnya perasaan itu sudah pudar, namun keadaan dari luarlah yang membuatku teringat lagi. Andai saja ada yang mengerti, seseorang yang mengerti keadaanku.”

Jonghyun menatapku lekat-lekat.

“Kau membutuhkan sandaran dan orang yang mengobati lukamu..” katanya.

“Kalau seseorang yang kau cintai, semacam perasaan terhadap yeoja? Apa kau tak pernah merasakan kehilangan yeoja yang kau cintai?”

“Ani, aku belum pernah berpacaran..” jawabnya.

Eh? Jonghyun belum pernah berpacaran sebelumnya? Benarkah itu? Apa dia berbohong?

“Wae?” ia tersenyum menatapku.

“Jinja? Kau belum pernah berpacaran?”

“Hmm..” ia menganggukkan kepalanya.

“Pasti kau bohong.. Mana mungkin namja sepertimu belum pernah..” kataku.

“Jeongmalyo, aku belum pernah berpacaran. Pasti sebelumnya kau berpikir aku pernah, atau bahkan mungkin mengira aku playboy, eo? Sejujurnya aku ingin sekali berpacaran..”

“Ne, tentu saja, wajah sepertimu mana mungkin tidak pernah.. Kau begitu ingin memiliki kekasih?”

“Ne, sejujurnya saat ini aku sangat ingin memiliki seorang kekasih.. Aigoo, wajahku yang tampan memang membuat orang salah paham.. hahaha..” tawa Jonghyun.

“Aisshh.. tapi kau benar, kau memang tampan dan keren. Haha..”

Ups, aku keceplosan.. Im Yoona, apa yang kau biacarakan?

“Mwo?” tawa Jonghyun terhenti seketika.

“Ah ani, hahaha..” aku mendadak gugup. Jonghyun menatapku lekat-lekat.

Semoga dia tak mendegar perkataanku tadi..

“Yoona-ssi, tadi kau bilang aku tampan dan keren kan?” selidiknya.

“Ne, tadi aku tak sengaja bicara seperti itu..”

“Kalau begitu, maukah kau menjadi pacarku?”

“Eh?”

-O-

Author’s POV

“Kalau begitu, maukah kau menjadi pacarku?” kata Jonghyun pada Yoona. Ia menatap gadis itu lekat lekat.

“Eh?” Yoona hanya terdiam mendengarnya.

Jonghyun memintaku jadi pacarnya? Apa aku tak salah dengar?

“Bukankah jika ada namja tampan yang keren, biasanya yeoja mudah untuk jatuh cinta dan menjadikannya kekasih bukan?” kata Jonghyun tersenyum pada Yoona.

“Lupakan saja, aku hanya bercanda..” Jonghyun memegang kedua pundak Yoona. “Ayo tidur, hari sudah malam..” kata Jonghyun memegang tangan Yoona dan mengajaknya masuk.

“Tunggu..” kata Yoona.

“Tidak ada salahnya jika semua itu dicoba kan?” kata Yoona. Jonghyun sontak berbalik dan menoleh pada Yoona.

“Mwo?”

“Tidak ada salahnya jika semua dicoba. Aku.. aku ingin mencoba menjalani hari sebagai kekasihmu..” kata Yoona menengadahkan wajahnya pada Jonghyun dengan ekspresi yang tidak main main.

“Kau yakin?” Jonghyun kini menatap Yoona tak kalah seriusnya.

“Ne, aku yakin..” Yoona menganggukkan kepalanya. Terlihat di matanya ada kesungguhan.

“Baiklah, kalau begitu mulai sekarang kau adalah kekasihku..” kata Jonghyun. Kini senyum terkembang di bibir keduanya. Jonghyun mendekat dan memeluk Yoona dengan erat.

“Gomawo Yoona-ya.. Kau adalah yang pertama bagiku..” Jonghyun mengecup puncak kepala Yoona.

“Cheonma Jonghyun-ah..”

Semoga dengan begini aku dapat melupakan Kyuhyun dan membiarkannya bersama Seohyun..batin Yoona.

“Baiklah chagi, sekarang kau istirahat ya, aku tak ingin kau kurang tidur..”

“Ne, kau juga yeobo..” kataku.

Jonghyun lalu mengacak rambutku dan tersenyum. Aku kemudian pergi menuju kamarku, tak lupa kusunggingkan senyumku yang paling manis untuknya. Ada kehangatan yang kurasa sekarang..

-O-

Jonghyun’s POV

Aku dan Yoona berpacaran! Ini hebat!

Aku jingkrak jingkrak sendiri saat kututup pintu kamarku dan mengingat yang baru saja terjadi. Sejujurnya sejak awal melihatnya, aku sudah menaruh hati padanya. Yoona adalah gadis yang baik, sejauh ini aku suka dengannya yang sederhana. Ya bisa kalian bayangkan pergaulan di duniaku seperti apa. Banyak sekali gadis gadis yang menggodaku, namun aku tak mau karena mereka hanya cantik diluarnya saja. Bahkan mereka terkadang bisa memacari namja hanya untuk mencari popularitas dan harta. Menyebalkan..

Yoona berbeda, ia terlihat bersahaja. Dan melihat latar belakang keluarganya, aku sungguh kasihan padanya. Yeojaku yang malang.. dia membutuhkan kasih sayang dan perhatian, sementara di dunia ini ia hanya hidup sebatang kara. Mulai sekarang aku akan menjaganya dengan baik..

Sekarang lebih baik aku tidur. Aku jadi tak sabar menunggu hari esok dan melihat apa yang akan terjadi antara aku dan Yoona..

-O-

Author’s POV

Perlahan Seohyun membuka kedua matanya. Dilihatnya sekeliling, dia tak mengenali tempat itu. Sementara Lee Donghae, namja yang setia menungguinya tertidur di sisi ranjangnya. Samar samar ia melihat Donghae yang tertidur. Seohyun memegang kepalanya yang berat.

Dimana aku? Mengapa aku belum mati?

Beberapa saat kemudian Donghae mengerang tak nyaman lalu bangun..

“Seohyun-ssi, kau sudah siuman?” seru Donghae melihat Seohyun yang sudah bangun itu.

“Dimana aku?” tanya Seohyun.

“Kau tenanglah, sekarang kau ada di klinik milik temanku di pulau Jeju..” kata Donghae.

“Pulau Jeju? Siapa yang membawaku kesini? Kau?” Seohyun menatap Donghae dengan tajam.

“Ne, aku yang membawamu kesini..” raut wajah Donghae seketika berubah melihat perlakuan Seohyun padanya.

“Mengapa kau tak membiarkanku mati saja? Mengapa kau harus membawaku kesini?” bentak Seohyun. Mata Seohyun berkaca kaca, dan perlahan air matanya kembali membasahi pipinya. Ia kembali teringat akan semua yang telah dialaminya.

“Tenanglah Seohyun-ssi, jangan berkata seperti itu, tenang..” kata Donghae.

“Aku ingin mati! Aku ingin mati! Mengapa kau mencegah kemauanku? Mengapa?” tangis Seohyun pecah.

“Tenang Seohyun-ssi, kondisimu masih belum baik, jangan begini..”

Seohyun kembali nekat, ia mencoba mencekik lehernya sendiri.. Donghae lalu bangkit dan mencoba mencegah usaha Seohyun.

“Seohyun-ssi, apa yang kau lakukan? Seohyun-ssi, andwaeyo! Kau jangan gila!” Donghae mencoba menahan tangan Seohyun. Namun Seohyun tak mau mendengar.

“Hae, apa yang terjadi? Nona, kau jangan seperti itu..” Eunhyuk yang datang pun langsung panik, menghampiri mereka dan membantu Donghae mencegah perbuatan Seohyun.

“Hyuk, panggilkan adikmu Tiffany, ppali!” kata Donghae.

“Seohyun-ssi, jebal..” pinta Donghae.

Eunhyuk lalu memanggil adiknya, Tiffany yang merupakan dokter di klinik itu. Karena Seohyun tak mau berhenti nekat, akhirnya Tiffany memberinya obat penenang.

“Tiffany-ssi, bagaimana? Apa dia akan baik baik saja?” kata Donghae setelah Tiffany menyuntikkan obat penenang dan Seohyun terlelap.

“Kondisinya sangat mengenaskan. Sepertinya kondisi psikisnya terganggu. Dari situasinya, ia sepertinya mempunyai beban yang sangat besar..” jelas Tiffany.

“Kasihan dia..” kata Eunhyuk. Donghae menatapi Seohyun dengan prihatin.

“Lalu apa yang bisa kita perbuat untuknya?” tanya Donghae.

“Dia harus diberikan ketenangan dan kenyamanan agar psikisnya yang terguncang mereda..”

“Aku mengerti..” kata Donghae. “Gomawo, Tiffany-ssi..” lanjut Donghae.

“Cheonma oppa..”

-O-

Jonghyun’s POV

“Pagi chagi..” sapaku pada Yoona yang sedang menuangkan kopi.

“Pagi oppa..” katanya. Ia tersenyum ke arahku.

“Hmm.. oppa?” aku mengernyitkan kening.

“Ne, aku memanggilmu oppa. Wae?”

“Ania, aku hanya merasa senang saja kau memanggilku seperti itu..” kataku.

“Kau menyukainya?” tanyanya.

“Ne, tentu saja..” aku menyambar gelas kopi di tangannya lalu meminumnya.

“Kopi yang nikmat..” kataku setelah meneguknya.

“Begitukah? Syukurlah..” katanya.

“Chagi, kau memang pandai membuat namja jatuh hati padamu. Kau jangan terlalu baik pada namja lain, nanti mereka salah paham padamu..”

“Aigoo~ uri chagi mulai posesif, eo?” ia tertawa kecil melihatku. “Baiklah, aku tidak akan bersikap terlalu baik pada namja lain, aku janji..” katanya.

“Baiklah kalau begitu aku ke kantor dulu. Ada meeting dengan sponsor kita. Kau baik baik ya disini..” kataku.

“Mwo? Kau tidak sarapan dulu?”

“Tidak chagi, kurasa aku sudah tak punya waktu untuk itu. Aku berangkat..” aku berjalan meninggalkan Yoona.

“Tunggu oppa..” katanya. Ia kemudian berjalan kearahku dan menyodorkan sebuah kotak bento padaku.

“Apa ini?” kataku melihatnya.

“Bekal makan siangmu. Aku takut kau sangat sibuk, makanya membuatkannya agar kau tak lupa makan. Dimakan ya..” katanya dengan pipinya yang memerah tersenyum malu-malu..

Omonaa, cantik sekali dia jika sudah begini. Dia juga sangat perhatian padaku. Sepertinya tak salah aku memintanya menjadi pacarku.

“Gomawo chagiya..” aku mengambil kotak bento itu lalu mengecup pipinya singkat. Dia menatapku, wajah Yoona terlihat makin memerah dan tersenyum padaku. Astaga dia benar benar menyukaiku ternyata? Aku membalas senyumnya sebelum akhirnya aku keluar menghampiri mobilku.

“Cepat pulang, hati-hati..” teriak Yoona sambil melambai di teras rumahku saat aku mulai menjalankan mobilku. Aku membalasnya dengan senyuman dan anggukkan kepalaku. Aku sangat bahagia..

-O-

Donghae’s POV

Seohyun akhirnya membuka matanya setelah disuntik obat penenang tadi. Baru sebentar ia membuka mata, matanya sudah kembali penuh dengan air mata yang siap jatuh membasahi pipinya. Gadis ini benar benar mengenaskan. Ia mendudukkan badannya.

“Seohyun-ssi..”

“Biarkan aku sendiri..” katanya dingin.

“Sebenarnya ada apa?”

Seohyun hanya diam.

“Seohyun-ssi, jangan biarkan dirimu menderita seperti ini.. Kumohon..” Aku menariknya ke pelukanku. Yeoja itu hanya diam, air matanya mengalir dengan deras.

“Menangislah..” bisikku.

Kami berdua berpelukan cukup lama. Suasana menjadi hening..

“Mianhae Donghae-ssi..” gumamnya setelah sekian lama menangis di pelukanku.

“Gwenchana Seohyun-ssi..” kutepuk-tepuk pundak Seohyun. Ia menarik diri dari pelukanku.

“Sudah jangan menangis lagi.” Kuhapus sisa sisa air matanya dengan kedua tanganku. “Jika ada sesuatu, katakanlah padaku, aku siap mendengarkanmu..” lanjutku. Seohyun menatapku pilu.

“Kau tahu sendiri kan masalahnya..” katanya lirih.

“Namjachingumu? Wae?”

“Seperti yang kau ketahui, gadis itu..”

“Oh dia?”

“Ne..”

Kuhela nafasku panjang..

“Seohyun-ssi, untuk apa kau mengorbankan hidupmu karena mereka? Bukankah itu malah membuat mereka merasa menang?” kataku.

“Ya, kau benar juga..”

“Oleh karena itu, lebih baik kau kembali ke kehidupan normalmu, jalani seperti biasa. Jangan seperti ini Seohyun-ssi, jangan sia-siakan hidupmu. Baiklah, setelah kau sembuh benar, aku akan mengantarmu kembali ke Seoul, eo? Sekarang kau makan dulu, dari kemarin kau belum makan..” Seohyun terdiam. Sementara aku beralih mengambil semangkuk bubur yang kusiapkan.

“Nah ayo buka mulutmu..” kataku menyuapkan bubur.

“Ani, andwae Donghae-ssi..” katanya tiba-tiba.

“Aissh kau harus makan..” kataku.

“Bukan itu, jangan bawa aku kembali ke Seoul..” katanya. “Aku tidak ingin kembali ke Seoul. Kumohon jangan bawa aku kesana. Aku tak ingin kembali ke keluargaku, aku tak ingin hidup menjadi Seo Joo Hyun.”

“Mwo? Lalu kau akan kemana? Apa yang akan kau lakukan.” aku tercengang mendengar itu semua. Ia menatapku intens.

“Kumohon, bawa aku ke tempatmu, kemanapun kau pergi..”

-O-

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar